KOMPAS.com - Manik Trisna Dewi Wetan, atlet Indonesia dari cabang olahraga vovinam berhasil meraih medali emas ketujuh di SEA Games 2023.
Pencapaian perempuan asal Bali ini diumumkan melalui akun media sosial milik Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI pada Sabtu (6/5/2023).
-- EMAS KETUJUH UNTUK INDONESIA! Selamat kepada Manik Trisna Dewi Wetan dari cabang olahraga Vovinam yang berhasil mempersembahkan medali emas bagi Indonesia di nomor Women’s Dragon Tiger Form.#Kemenpora#PemudaMajuOlahragaJaya#SEAGames32#AyoIndonesia#IndonesiaJuara pic.twitter.com/jIrG1B6az9
— KEMENPORA RI (@KEMENPORA_RI) May 6, 2023
"Emas ketujuh untuk Indonesia! Selamat kepada Manik Trisna Dewi Wetan dari cabang olahraga Vovinam yang berhasil mempersembahkan medali emas bagi Indonesia di nomor Women’s Dragon Tiger Form," tulis pengumuman tersebut.
Tidak hanya Manik Trisna Dewi Wetan, tiga medali perunggu juga disumbangkan kontingen Indonesia melalui olahraga vovinam.
Lalu, apa itu olahraga vovinam?
Baca juga: Kun Bokator Raih Medali Pertama Indonesia di SEA Games 2023, Apa Itu?
Dilansir dari situs resmi Dewan Olimpiade Asia (OCA), vovinam atau vovinam viêt-vo-dao merupakan singkatan dari "vo "yang berarti seni bela diri dan "vinam" yang berarti Vietnam.
Sementara viêt-vo-dao merupakan filosofi yang menunjukkan prinsip Yin dan Yang atau teknik lembut dan keras, berupa kemampuan fisik dan pikiran yang ada dalam olahraga ini.
Vovinam adalah olahraga bela diri asal Vietnam yang dipraktikan dengan atau tanpa senjata. Dalam pelaksanaannya, para atlet akan menggabungkan kekuatan tubuh dan pikiran untuk menghadapi lawan.
Bela diri ini menggunakan sejumlah teknik, seperti pukulan tangan dan siku, tendangan, menghindar, teknik kombinasi, dan menggunakan senjata pedang atau pisau. Para atlet akan melakukan serangan dan bertahan dalam bentuk dan pertempuran tradisional.
Vovinam pertama kali dipertandingkan dalam Asian Indoor Games pada 2009.
Baca juga: Mengenal Esport dan Bedanya dengan Gaming
Menurut Federasi Dunia Vovinam, Nguyen Loc seorang pemuda asal Desa Huu Bang, Distrik Thach That, Provinsi Son Tay, Vietnam merupakan sosok di balik olahraga tradisional ini.
Pada abad ke-19 awal, Vietnam tengah berjuang melawan penjajahan Perancis yang telah berlangsung selama 50 tahun. Saat itu, kelompok revolusioner mendorong penduduk lokal, terutama anak muda, untuk melakukan kekerasan melawan Negara Barat tersebut.
Di saat yang sama, Perancis juga menebarkan teror, tekanan, dan tipu muslihat agar warga Vietnam tidak mendukung para pejuang dan mencegah perlawanan lebih luas.
Nguyen Loc yang pindah ke Hanoi, ibukota Vietnam, melihat peristiwa ini menghancurkan negara. Ia mengutuk penjajah tapi tidak menyukai kekerasan yang dilakukan para pejuang.