Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Bajingan, dan Bagaimana Sejarahnya Jadi Kata Makian?

Kompas.com - 03/01/2023, 09:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bajingan saat ini lebih dikenal sebagai kata dengan konotasi negatif dan sering jadi kata makian.

Padahal, mungkin tak banyak yang tahu, bajingan dalam sejarahnya adalah profesi yang mulia.

Apa itu bajingan?

Dikutip dari National Geographic, bajingan adalah profesi yang umum bagi masyarakat Jawa dan sudah ada sejak zaman Mataram Islam atau abad ke-16 Masehi.

Ya, bajingan adalah profesi kusir gerobak sapi, salah satu warisan kearifan lokal Indonesia yang sudah ada sejak zaman dulu.

Profesi ini memegang erat kekerabatan dan kerukunan yang diwadahi oleh paguyuban penarik gerobak sapi atau para bajingan.

Baca juga: Sejarah Kutang di Indonesia Berawal dari Proyek Jalan Anyer-Panarukan

Sejarah bajingan

Bajingan atau penarik gerobak sapi di BantulKOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Bajingan atau penarik gerobak sapi di Bantul

Menurut sejarahnya, sapi adalah hewan yang disukai pada masa Kerajaan Mataram. Sementara gerobak sapi berawal dari Kerajaan Mataram yang telah menganut ajaran islam.

Bajingan jadi profesi penting karena menjadi bagian mobilitas atau transportasi masyarakat Mataram yang meliputi Yogyakarta, dan eks-Karesidenan Surakarta.

Selain membawa manusia, gerobak sapi yang dikemudikan bajingan juga mengangkut hasil panen yang dihasilkan oleh masyarakat.

Sebab pada masa kolonial Hindia-Belanda, masyarakat pribumi tidak dapat menaiki transportasi mewah sebagaimana para pejabat Eropa.

Mereka hanya dapat menunggangi gerobak sapi yang ditarik bajingan untuk mobilitas sehari-hari.

Hal itu pun juga terbatas bagi masyarakat pribumi dengan ekonomi menengah ke atas.

Pasca kemerdekaan, bajingan dapat berfungsi juga untuk mengangkut material seperti truk di zaman sekarang.

"Pasca kemerdekaan hingga hari ini, masyarakat Bantul, Yogyakarta, masih melestarikan paguyuban para penarik gerobak sapi," tulis Dito Ardhi Firmansyah dalam skripsinya.

Skripsi berjudul Kontruksi Makna Kata Bajingan (Studi Etnografi Perubahan Makna Kata Bajingan dalam Komunitas Kusir Gerobak Sapi di Bantul Yogyakarta) itu juga menyebut soal tarif bajingan.

Pada 1975, tarif untuk membawa material sampai ke tujuan dalam sekali angkut berkisar Rp150. dan komunitas bajingan juga masih bertahan hingga hari ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com