Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bellion
KOMPAS.com - Siapa tak kenal dengan BTS, NCT, Blackpink, dan TWICE? Besarnya penggemar (fandom) ketiga grup musik tersebut merupakan representasi dari demam Korea atau Korean Wave yang kian menjalar ke berbagai belahan dunia.
Mengutip Kompascom, Indonesia merupakan rumah bagi jutaan K-Popers dari berbagai penggemar loyal. Pada 2019, Twitter mengumumkan Indonesia berada di peringkat ketiga setelah Thailand dan Korea Selatan sebagai negara paling banyak mengunggah twit seputar artis K-Pop.
Besarnya minat masyarakat Indonesia terhadap para idolanya membuat banyak brand kini menggaet artis Korea untuk berkolaborasi sebagai brand ambassador-nya. Sebut saja Lemonilo dan NCT Dream, BTS dan Tokopedia, serta Scarlett Whitening dan TWICE.
Melihat fenomena ini, Tomoka Takada, Direktur Perencanaan Strategis Hakuhodo Inc., dalam siniar Obsesif bertajuk “The Influence of K-Pop Fandom on Brand Marketing” yang dapat diakses melalui dik.si/ObsesifTomoka, mengungkapkan kalau fandom K-Pop dapat memberi pengaruh signifikan dalam perkembangan suatu brand.
Dilansir The Influence Agency, budaya K-Pop mulai dikenal luas sejak 1992 ketika Seo Taiji & Boys, grup K-Pop generasi pertama, pertama kali memasukkan lirik bahasa Inggris, tarian, dan elemen hip hop ke dalam repertoar mereka.
Baca juga: Transformasi Dunia Digital dalam Media Konvensional
Setelah beberapa tahun kemudian, agensi pun terus memproduksi grup-grup baru disertai genre musik yang disesuaikan dengan citra grupnya. Tak hanya itu, para anggota dari grup idola K-Pop pun juga dituntut memiliki pesona, mulai dari bakat hingga visualnya.
Pada tahun 2010, demam K-Pop pun mulai mendunia karena teknologi, seperti ponsel pintar, internet, dan platform media sosial, semakin berkembang. Bahkan, saat itu, musik asal Korea Selatan tumbuh hingga 168 persen karena didengarkan oleh penggemar global.
Memasuki generasi ketiga, jalan K-Pop untuk dikenal dunia pun semakin terbuka. Grup pertama yang mendapat pengakuan internasional besar-besaran adalah BTS yang mulai melejit pada 2015 ketika mereka memulai tur stadion internasional pertama mereka.
Dari situ, penggemar loyal mereka pun semakin bertambah hingga berhasil memecahkan rekor di iTunes dan YouTube. Bahkan, kini BTS pun kembali masuk ke dalam nominasi GRAMMY Awards 2023.
Tak bisa dimungkiri kalau media sosial kini menjadi salah satu platform untuk memasarkan suatu bisnis. Hal inilah yang juga dilakukan oleh agensi grup idola Korea untuk menggaet penggemar dari berbagai belahan dunia.
Itu sebabnya, industri K-Pop selalu berkembang untuk menemukan teknik efektif mereka sendiri dalam membangun fandom online. Alhasil, kini bermunculan pula platform yang digunakan para idola agar bisa lebih dekat dengan penggemarnya, seperti Bubble, Lyn, dan Weverse.
Baca juga: Kisah Korupsi dalam Secangkir Kopi Multatuli
Tak hanya itu, sebagian besar grup K-Pop juga memiliki media sosial bersama untuk berkomunikasi dengan penggemar. Acara-acara daring dan luring yang memungkinkan penggemar berinteraksi secara langsung dengan mereka pun membuat ikatan keduanya semakin solid.
Melihat potensi penggemar K-Pop yang semakin bertambah, brand-brand di Indonesia pun memanfaatkan kesempatan ini. Hasilnya pun bisa dibilang sangat positif.
Penelitian Kumala, dkk. (2022) dengan responden siswa kelas 10–11 jurusan IPS SMA Negeri 4 Probolinggo menunjukkan adanya pengaruh signifikan grup idola Korea sebagai brand ambassador terhadap keputusan pembelian suatu produk.