Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Kriteria Ideal Presiden Hasil Pilpres 2024: Pemimpin untuk Generasi Baru Nusantara

Kompas.com - 17/11/2022, 09:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RAKYAT Indonesia saat ini memasuki periode pencarian calon pemimpin bangsa untuk bisa dipilih dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Berbagai hasil survei memunculkan sejumlah sosok yang disukai rakyat Indonesia.  

Partai-partai juga sibuk memilih kandidat mana yang dapat mewakili aspirasi rakyat dengan segala indikator penilaian mereka dan sudah mulai melakukan konsolidasi untuk koalisi. Harapannya, Pilpres  2024 akan menjadi pemilu yang menarik dan penuh pertarungan gagasan serta ide.

Hal menarik lainnya pada Pemilu 2024 adalah signifikansi suara anak muda. Anak muda menjadi salah satu subyek penting dalam pemilu itu karena demografinya yang besar. Anak muda, baik itu gen z maupun milenial merupakan penduduk dengan jumlah terbesar di Indonesia.

Baca juga: Jusuf Kalla Ungkap 4 Kriteria Pemimpin yang Layak Dipilih pada Pilpres 2024

Berdasarkan data Badan Pusat Stastik (BPS) tahun 2020, generasi z berjumlah 75,49 juta, sedangkan milenial sebesar 69,38 juta. Yang lebih penting lagi, Pemilu 2024 diprediksi akan diikuti 60 persen pemilih muda (survei CSIS 2022).

Signifikansi itu membuat anak muda memiliki posisi tawar yang tinggi untuk menentukan pemimpin seperti apa yang mereka inginkan. Dengan karakter dan sudut pandang anak muda yang menarik, mereka memiliki preferensinya sendiri tentang karakter seorang presiden di tahun 2024.

Ini yang membuat para aktor yang terlibat dalam pemilu harus memperhatikan karakter-karakter yang diinginkan oleh anak muda terhadap pemimpin selanjutnya. Anak muda akan menjadi penentu siapa presiden pada Pilpres 2024.

Karakter pemimpin yang diinginkan anak muda

Seperti apa karakter pemimpin yang diinginkan dan dibutuhkan anak muda?

Pertama, “innovative leader”. Generasi baru menginginkan pemimpin yang mampu membuat inovasi. Inovasi menjadi kata yang penting jika bicara pemimpin.

Seperti halnya para stakeholder yang mengharuskan anak muda menjadi inovatif, anak muda pun menginginkan pemimpin yang dapat menciptakan kultur, karya, dan kebijakan yang inovatif.

Yang dimaksud kebijakan inovatif berangkat dari pengertian inovasi Baskaran & Mehta (2016). Mereka mengatakan, inovasi mengacu pada perbaikan kualitas hidup. Pengertian ini didapatkan setelah menganalisis pendapat anak muda Tanzania dan Kenya tentang inovasi.

Jika membahasakannya dengan konteks ini, anak muda menginginkan inovasi kebijakan yang akan memperbaiki kualitas hidup banyak orang. Selain itu, anak muda menginginkan kebijakan inovatif sekaligus konkret mengatasi permasalahan.

Misalnya, dalam lingkup G20, pertemuan ini menghasilkan pandemic fund, suatu upaya konkret untuk menyelesaikan pandemi. Sejauh ini, dana sebesar 1,4 miliar dolar telah terkumpul, yang berasal dari anggota G20, negara non-G20, dan tiga organisasi filantropis dunia. Pandemic Fund menjadi contoh pentingnya inovasi kebijakan.

Survei CSIS tahun 2022 memvalidasi pentingnya kemampuan inovasi. SUrvei itu menemukan, 14,8 persen anak muda menilai kemampuan membuat kebijakan inovatif harus jadi karakter utama presiden 2024.

Kedua, multiliterasi. Seorang pemimpin harus mengetahui berbagai permasalahan di Indonesia dan global. Tanpa wawasan tentang isu-isu tentang berbagai problematika di Indonesia, akan sulit membuat kebijakan yang tepat sasaran.

Baca juga: Pengamat Sebut Pilpres 2024 Jadi Ajang Pertarungan Tiga King Maker

Survei dari Kompas Gramedia Media mengamplifikasi pentingnya pemimpin yang multiliterasi. Dalam survei tahun 2022 itu ditemukan bahwa sebanyak 21 persen anak muda menginginkan presiden yang memahami masalah Indonesia.

Kita bisa ambil contoh pemimpin bisnis yang memiliki banyak bidang usaha. Mereka adalah seorang expert generalist (multiliterasi). Mereka memahami keilmuan yang ada di bisnis mereka, sehingga dapat menjalankan usahanya dengan maksimal. 

Jika merujuk survei KedaiKopi tahun 2021, ada empat masalah utama Indonesia menurut anak muda: Covid-19 (44,8 persen), perekonomian (10,4 persen), pengangguran (6,2 persen), dan sosial (6,1 persen). Masalah-masalah tersebut tentu tidak bisa diselesaikan tanpa memahami persoalan sistemik yang membuat isu itu muncul, sehingga Indonesia membutuhkan pemimpin yang cerdas. Maka dari itu, multiliterasi penting bagi presiden di tahun 2024.

Ketiga, berbasis akademis (academic oriented-base). Kebijakan dan pengambilan keputusan yang dibuat harus berbasis riset dan data, sehingga kebijakan yang diformulasikan perlu didukung data yang komprehensif serta didukung kajian riset yang valid.

Kebijakan berbasis riset dapat membantu merumuskan kebijakan dengan lebih tepat dan efektif. Menurut saya, Indonesia membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki kesadaran ilmiah yang tinggi dan dapat memanfaatkan hasil riset untuk kepentingan banyak orang.

Kajian yang kuat dapat membawa manfaat yang besar dan dampak positif bagi masyarakat luas. Kemudian, kebijakan berbasis bukti harus menyeimbangkan hasil riset kuantitatif dan kualitatif.

Menurut Faqih & Fahroji (2022) dalam artikel mereka di The Conversation, formulasi kebijakan harus mengombinasikan fakta numerik dan fakta sosial. Tujuannya agar pemimpin memiliki pandangan yang lebih luas tentang isu, sehingga membuat pemimpin mendapatkan gambaran utuh tentang masalah yang ingin diselesaikan.

Keempat, berani dan tegas. Anak muda tidak menginginkan presiden yang tidak tegas dan tidak berani mengambil risiko. Dunia kita sekarang bergerak semakin cepat dan banyak variabel ketidakpastiannya. Risiko pun akan menjadi hal yang umum ditemui dan tak jarang pemimpin akan terjebak dalam situasi krisis.

Banyak hal dan akar permasalahan bangsa ini yang bisa selesai dengan keberanian dan ketegasan sosok pemimpin tertinggi negara ini. Situasi multi krisis seperti saat ini menuntut pemimpin untuk berani membuat keputusan yang berisiko.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com