KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendata 131 anak menderita gangguan ginjal akut sejak Januari 2022.
Diberitakan Kompas.com, Kamis (13/10/2022), data tersebut dikumpulkan dari cabang IDAI di 14 provinsi di Indonesia.
Dengan kata lain, sudah ada 14 provinsi yang memiliki kasus gangguan ginjal akut tersebut.
Baca juga: IDAI: 131 Anak Alami Gagal Ginjal Akut, Apa Penyebab dan Gejalanya?
Berikut sebaran 14 provinsi yang memiliki kasus gangguan ginjal akut:
Baca juga: Apa Itu Etilen Glikol? Diduga Jadi Pemicu Gangguan Ginjal Akut Misterius
Diberitakan Kompas.com, Rabu (12/10/2022), terdapat beberapa gejala yang muncul dari gangguan ginjal akut misterius.
Hal itu dikatakan Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati.
Berikut gejala gangguan ginjal akut:
Adapun gejala gangguan ginjal akut tidak berat seperti gejala yang ditemukan pada umumnya.
Secara umum, gangguan ginjal akut merupakan efek lanjut dari kekurangan atau kehilangan cairan dalam waktu singkat pada anak-anak.
Penyebab kekurangan cairan berupa diare yang diikuti dengan dehidrasi, yang menyebabkan kekurangan cairan hebat dan menimbulkan perdarahan parah.
Baca juga: IDAI Ungkap 5 Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak, Apa Saja?
Diberitakan Antara, Selasa (11/10/2022), gangguan ginjal akut misterius hingga saat ini belum diketahui penyebabnya.
Mengingat IDAI masih mendalami akar masalah penyakit tersebut, orangtua diimbau waspada bila gejala spesifik muncul.
Sementara itu, Eka mengatakan, dokter anak melakukan berbagai intervensi seperti terapi obat atau cairan agar urine kembali diproduksi pada beberapa kasus pasien yang ketika datang ke rumah sakit dalam kondisi tidak memproduksi urine.
"Untuk pasien yang seperti ini, artinya kami hanya memberikan pengobatan konservatif tanpa terapi cuci darah," ujar dia.
Namun, untuk pasien yang tetap tidak memproduksi urine setelah diberikan obat, maka tindakan cuci darah diperlukan seperti hemodialisis, dialisis peritoneal (cuci darah lewat perut), ataupun metode lain yang lebih canggih dan kontinu.
Selain itu, dokter juga melakukan transfusi tukar plasma (plasma exchange).
Sumber: Kompas.com dan Antara (Penulis: Fika Nurul Ulya, Rizka Khaerunnisa | Editor: Bagus Santosa, Desi Purnamawati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.