Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Fenomena Superbug Kebal Antibiotik Terjadi di Indonesia? Ini Kata Kemenkes

Kompas.com - 14/10/2022, 12:05 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - India sedang menghadapi fenomena superbug atau "kuman super" yang kebal alias resisten terhadap antibiotik.

Diberitakan Kompas.com, superbug adalah sebutan untuk bakteri yang sudah berubah seiring waktu, dan menjadi kebal terhadap obat-obatan yang semestinya.

Menurut jurnal kedokteran Lancet, kekebalan itu mengakibatkan 1,27 juta kematian di seluruh dunia pada 2019.

Antibiotik, yang dianggap sebagai lini pertahanan pertama untuk melawan infeksi parah, tidak manjur dalam kebanyakan kasus ini.

India adalah salah satu negara yang terdampak paling buruk oleh hal yang disebut para dokter sebagai "resistensi antimikrobial" ini.

Baca juga: Muncul Pandemi Superbug di India yang Kebal Antibiotik, Ini Kata Dokter


Lantas, mungkinkah fenomena superbug atau "kuman super" yang kebal alias resisten terhadap antibiotik terjadi di Indonesia?

Penjelasan Kemenkes

Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers update Health Working Group G20 Ketiga di Jakarta, Kamis (18/8/2022).  Dok. Zoom Kementerian Kesehatan Sekretaris Direktorat Jenderal (Ditjen) Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers update Health Working Group G20 Ketiga di Jakarta, Kamis (18/8/2022).

Kompas.com menghubungi Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi.

Nadia mengatakan, resistensi antibiotik dapat terjadi di semua negara di dunia.

"Permasalahan resistensi antibiotik bisa terjadi di seluruh negara," ujarnya, saat dikonfirmasi, Jumat (14/10/2022).

Untuk itu, lanjut Nadia, kegiatan antimicrobial resistance (AMR) menjadi salah satu komitmen yang dijalankan untuk memonitoring resistensi antibiotik yang terjadi.

Baca juga: Kemenkes Peringatkan Waspada, Ini Gejala Penyakit Legionellosis

Menurutnya, antimicrobial resistance tersebut juga dibahas dan menjadi side event dalam pelaksanaan presidensi G20.

Lebih lanjut, ketika ditanya bagaimana pencegahan superbug, Nadia menuturkan bahwa diperlukan adanya monitoring surveilans antibiotik.

"Penggunaan antibiotik harus sesuai aturan dan juga pengobatan sesuai jenis antibiotik yang paling awal baru meningkat-meningkat dengan jenis antibiotik baru lainnya," tandasnya.

Baca juga: Kemenkes Peringatkan Kewaspadaan terhadap Penyakit Legionellosis di Indonesia, Penyakit Apakah Itu?

Superbug sudah masuk AS

Sebelumnya diberitakan, pakar kesehatan Prof. Zubairi Djoerban mengatakan bahwa superbug juga sudah masuk Amerika Serikat (AS).

Menurutnya, setiap 15 menit, satu orang di AS meninggal akibat infeksi superbug.

Adapun data itu diperolehnya berdasarkan laporan terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Perjuangan melawan resistensi antibiotik mengalami kemunduran selama pandemi Covid-19.

Zubairi memandang, hal itu dikarenakan banyak pasien mendapat antibiotik berbagai macam, yang menyebabkan perubahan dalam resistansi kuman.

Baca juga: Benarkah Hepatitis Akut Muncul dari Long Covid? Ini Kata Kemenkes dan IDI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com