Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Sosial Fenomena Remaja SCBD, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 14/07/2022, 19:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kemunculan remaja-remaja SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok) yang sering nongkrong di Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat beberapa waktu terakhir, berhasil mencuri perhatian masyarakat.

Mereka tampil dengan gaya pakaian yang eksentrik nan kekinian, mengikuti tren karyawan SCBD (Sudirman Central Businesses District) yang terkenal memiliki gaya fesyen trendi juga modis.

Beberapa dari remaja berusia belasan tahun ini bahkan memiliki popularitas tinggi dan kini dikenal sebagai "penguasa" SCBD.

Salah satunya adalah Roy, yang ditawari tawaran beasiswa kuliah dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, namun ia menolak tawaran pendidikan itu.

Baca juga: Ramai soal Remaja Adang Truk demi Konten, Ini Analisis Sosiolog

Fenomena remaja SCBD dan analisis sosiolog

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartiko melihat fenomena remaja SCBD tersebut sebagai fenomena sosial di mana para generasi muda ingin menunjukkan eksistensinya.

"Penampilan-penampilan ekspresi anak muda itu, mereka berusaha untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang, generasi yang update, yang tidak old fashion, tidak kedaluwarsa atau tradisional. Tapi mereka generasi yang mengikuti zaman. Jadi mereka itu up to date," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (14/7/2022).

Drajat menambahkan, keberadaan remaja pinggiran ibu kota di salah satu kawasan elit Jakarta tersebut dapat diartikan sebagai upaya bahwa mereka ingin menunjukkan kelas mereka.

Baca juga: Ramai soal Pernikahan Remaja di Wajo, Ini Tanggapan Kemenag

Remaja Tangsel Mulai Mejeng ke Kawasan Dukuh Atas, Selasa (12/7/2022).
TribunJakarta.com/Pebby Adhe Liana Remaja Tangsel Mulai Mejeng ke Kawasan Dukuh Atas, Selasa (12/7/2022).

Remaja-remaja tersebut, imbuhnya ingin masyarakat mengetahui bahwa mereka adalah kelompok masyarakat yang mapan, bukan marginal atau tertinggal.

Ketiga, dosen Sosiologi UNS itu melihat keberadaan remaja-remaja tersebut sebagai bentuk pembuktian, bahwa mereka adalah generasi yang mampu menyelesaikan masalah secara mandiri.

"Menunjukkan bahwa mereka itu mandiri, mereka generasi-generasi sekarang itu cenderung untuk memiliki spirit bahwa saya bisa menyelesaikan masalah sendiri. Ini penting untuk menunjukkan eksistensi mereka di sana, di dalam masyarakatnya," jelas Drajat.

Baca juga: Viral, Video Remaja Terserempet Kereta hingga Terjungkal Saat Buat Konten, Ini Penjelasan KAI

Eksistensi remaja 

Generasi sekarang, menurut Drajat, memiliki 3 arena yang digunakan untuk tampil menunjukkan eksistensinya.

"Pertama fashion, kedua food, ketiga adalah fun. Jadi ada arena-arena untuk mereka bisa menampilkan fesyennya, juga bisa menampilkan melalui makanan-makanan yang mereka makan, dan juga kepada hiburan-hiburan yang mereka ikuti," papar dia.

Semua itu kemudian akan ditampilkan melalui foto, video, atau konten lain dan diunggah di beragam platform media sosial, sebagai bukti eksistensi generasi yang kekinian.

Baca juga: Mengapa Remaja Indonesia Kian Menggemari Idol K-Pop?

Para remaja yang nongkrong di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (11/7/2022).Kompas.com/Cynthia Lova Para remaja yang nongkrong di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (11/7/2022).

Aktivitas unjuk eksistensi ini menjadi penting di era masyarakat digital.

Pasalnya di masa kini banyak pemuda di berbagai belahan dunia bisa meraih kesuksesan di usia muda, bahkan kesuksesan diraih dalam waktu yang singkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com