KOMPAS.com - Seorang ibu berinisial KU (35) asal Brebes, Jawa Tengah, tega menganiaya ketiga anaknya, hingga menyebabkan salah satu di antaranya meninggal dunia.
Dikutip dari Kompas.com, Senin (21/3/2022), korban meninggal merupakan anak kedua pelaku yang berusia 7 tahun, ia ditemukan dengan luka di bagian leher.
Sementara itu, 2 anak yang selamat adalah anak sulung dan bungsu yang masing-masing berusia 10 dan 4,5 tahun. Meski selamat, kedua anak luka di leher dan dada.
Ketika diperiksa polisi, sang ibu beralasan ingin menyelamatkan anaknya dan tidak ingin mereka merasakan apa yang saat ini dijalaninya.
"Saya cuman mau tobat, sebelum saya mati. Saya cuman mau menyelamatkan anak-anak biar enggak dibentak-bentak,” ungkap KU di balik jeruji tahanan, terekam dalam sebuah video yang beredar di media sosial.
Lantas, bagaimana tanggapan ahli dari sisi psikologi?
Baca juga: Kasus Ibu Bunuh Anak di Brebes, Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Psikolog dari Ohana Space Maria Puspita menyebut, seorang perempuan yang sudah berkeluarga memang rawan menderita depresi, akibat permasalahan kompleks yang menderanya.
Ada beragam masalah yang harus dihadapi sebagai sepasang suami istri. Terlebih, jika dalam rumah tangga tersebut sudah terdapat anak.
"Perlu dipahami kondisi individu tersebut. Tekanan dan situasi apa saja yang ia miliki. Misalnya apakah individu tersebut siap secara fisik maupun mental untuk menikah dan memiliki anak. Ketidaksiapan dari individu bisa menimbulkan tekanan ketika ia menjalani peran-perannya pada saat menikah dan memiliki anak," ujar dia, saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/3/2022).
Maria menjelaskan, perempuan ketika sudah berkeluarga dan memiliki anak akan menjalankan peran yang ganda, bahkan lebih dalam waktu yang bersamaan.
Mulai dari peran istri, ibu, anggota masyarakat, hingga pekerja (jika memang bekerja).
"Peran ganda yang dimiliki perempuan ini dapat menambah tekanan yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya," kata Maria.
Menanggung beban berat, tetapi tidak jarang mereka urung mendapatkan dukungan orang-orang terdekatnya, misalnya suami, orang tua/mertua, tetangga, dan lain sebagainya.
Tidak adanya dukungan ini bisa membuat tekanan yang dirasakan oleh dia menjadi lebih berat dari yang semestinya.
Kondisi ini bisa membuat mentalnya jatuh, ia akan merasa sendiri dalam kondisi yang berat dan tidak ada pihak yang menguatkannya.