Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Indonesia Harus Minta Maaf karena Dijajah Belanda

Kompas.com - 20/02/2022, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

UNTUK ke sekian kalinya pemerintah Kerajaan Belanda memohon maaf atas kekejaman yang telah dilakukan militer Belanda terhadap rakyat Indonesia pada periode 1945-1949.

Kali ini yang meminta maaf adalah tidak kurang dari Perdana Menteri Kerajaan Belanda, Mark Rutte.

Rutte mengakui Belanda telah melakukan “kekerasan berlebihan”. Tentu saja permintaan maaf PM Belanda disambut positif oleh bangsa Indonesia.

Di sisi lain ternyata permintaan maaf PM Belanda membuat pimpinan partai Kemerdekaan (Partij voor de Frijheid) sayap kanan garis keras, Geert Wilders meradang.

Pimpinan partai oposisi kerajaan Belanda yang pernah berniat melarang Al-Quran di Belanda ini malah terbalik menuntut agar yang minta maaf justru Indonesia atas kekerasan yang dilakukan terhadap serdadu Belanda serta warga Hindia-Belanda yang pro Belanda di Indonesia.

Geert Wilders tidak sendirian dalam berpendapat bahwa Indonesia wajib minta maaf terhadap kekerasan yang dilakukan terhadap Belanda di masa lalu.

Cukup banyak warga Belanda sampai kini masih antikemerdekaan Indonesia. Mereka semua lupa bahwa Belanda adalah kaum penjajah yang keberatan melepas Hindia-Belanda sebagai jajahan Belanda.

Dengan mata di kepala sendiri saya sempat menyaksikan bahwa warga Indonesia yang memilih pindah ke Belanda, sebab memang lebih pro Belanda ketimbang Indonesia mengganggap bahwa kawasan yang disebut oleh Belanda sebagai Hindia-Belanda memang hak-milik Belanda.

Maka Belanda berhak untuk mempertahankan tanah jajahan, bahkan kalau perlu dengan melakukan kekerasan terhadap warga Indonesia yang ingin merdeka.

Westerling yang dianggap monster oleh Indonesia ternyata di Belanda dielu-elukan sebagai pahlawan nasional kerajaan Belanda yang sempat memperoleh anugerah bintang jasa dari Ratu Belanda.

Kebencian Belanda terhadap Indonesia Merdeka diwariskan sampai ke generasi masa kini.

Berulang kali ketika makan di Chinees-Indische restoran di Belanda saya memperoleh pelayanan secara kasar setelah diketahui bahwa saya warga Indonesia.

Di Belanda masa kini masih banyak anak-muda Neo Nazi yang sepaham dengan Geerd Wilders dalam hal Islamofobia, maka juga Indonesiafobia sebab Indonesia memang negara dengan mayoritas umat Islam terbesar di dunia.

Maka mereka yang mengaku diri sebagai Federatie Indische Nederlandse melaporkan sang tokoh sejarawan Indonesia Bonnie Triyana ke polisi Belanda.

Bonnie mencoba meluruskan sejarah kemerdekaan Indonesia yang dibengkokkan oleh para pembenci Indonesia.

Meski Kejaksaan Agung Belanda telah menolak pemolisian Bonnie Triyana, namun tampaknya para pelapor masih belum mau menyerah sebab sesumbar akan naik banding yang tentu saja didukung sepenuhnya oleh Geert Wilders.

Sayang, Federatie Indische Nederandse mau pun Geert Wilders mengungkapkan ujar kebencian terhadap Indonesia di negeri Belanda, maka secara hukum saya tidak berhak balas dendam dengan melaporkan mereka ke polisi Indonesia di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com