Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Ekstrem yang Melanda Sejumlah Wilayah

Kompas.com - 04/02/2022, 16:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Sumber BMKG

KOMPAS.comCuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang terjadi di sejumlah wilayah di Yogyakarta, Rabu (2/2/2022).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat beberapa wilayah di Yogyakarta dilanda hujan lebat. Beberapa wilayah tersebut di antaranya Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul.

Hujan berintensitas sedang-lebat yang disertai dengan angin kencang tersebut mengakibatkan kerusakan beberapa rumah, baliho, dan jaringan listrik.

Berikut penjelasan BMKG terkait penyebab cuaca ekstrem tersebut:

Baca juga: BMKG: Waspadai Cuaca Ekstrem Masuki Masa Pancaroba

Penyebab cuaca ekstrem di sejumlah wilayah

Kepala Bidang informasi Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab menyebutkan, cuaca ekstrem di Indonesia disebabkan oleh dua hal.

Pertama, karena puncak musim penghujan yang sedang terjadi. Kedua, karena aktivitas dinamika atmosfer, Jumat (4/4/2022).

Saat ini, beberapa wilayah di Indonesia sedang berada di puncak musim penghujan.

Puncak musim penghujan ini diprediksi akan berakhir pada bulan Februari akhir untuk beberapa wilayah, seperti Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan NTT.

Sementara untuk wilayah lainnya, seperti Maluku, puncak musim penghujan akan berakhir pada pertengahan Mei atau April.

Selanjutnya, cuaca ekstrem juga disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca dalam skala global dan regional.

“Faktor kedua karena aktivitas dinamika atmosfer, di mana indonesia merupakan daerah pertemuan air dan memiliki penguapan yang kuat,” kata Fachri Radjab, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/2/2022).

Potensi peningkatan curah hujan

Dilansir dari laman BMKG, Jumat (4/2/2022), BMKG mengidentifikasi potensi peningkatan curah hujan di mayoritas wilayah di Indonesia sejak pertengahan Januari lalu.

Kondisi tersebut dikarenakan adanya peningkatan aktivitas dinamika atmosfer, seperti Cold Surge atau Seruakan Massa Udara Dingin dari Asia menuju wilayah Indonesia.

Selain itu, aktifnya fenomena gelombang atmosfer seperti gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial di beberapa wilayah dan pola tekanan tekanan rendah juga memicu potensi terjadinya hujan.

Lebih lanjut, sebagaimana dilansir BMKG, Jumat (4/2/2022), pola tekanan tekanan rendah ini memicu terbentuknya pumpunan dan belokan angin diperkuat dengan adanya pengaruh labilitas udara dalam skala lokal.

Baca juga: Cuaca Ekstrem Diprediksi hingga Awal 2022, Ini Wilayah Berpotensi Banjir

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com