KOMPAS.com - Tindakan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini memaksa seorang penyandang disabilitas tuli untuk berbicara di atas panggung menuai kritik.
Pemerhati penyandang disabilitas, Slamet Thohari menilai, seharusnya Risma tidak memaksa seorang penyandang disabilitas tuli untuk berbicara.
Menurut dia, Risma mestinya justru mendukung penggunanaan bahasa isyarat bagi penyandang disabilitas tuli.
"Seharusnya Ibu menteri menyosialisasikan bahasa isyarat, bukannya memaksa tuli melakukan bicara," kata Slamet, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (2/12/2021).
Baca juga: Tinggal Serumah dengan ODGJ, Apa yang Harus Dilakukan?
Slamet menjelaskan, bahasa isyarat adalah hak bagi penyandang disabilitas tuli dan sudah diatur dalam Undang-Undang.
Ia menuturkan, hal yang dilakukan Risma terjadi karena ada cara pandang bahwa penyandang disabilitas tuli harus mengikuti bahasa dan logika bertutur orang yang bisa mendengar.
"Padahal mereka mempunyai cara sendiri. Nah caranya mereka adalah memakai bahasa isyarat," ujar Slamet.
Baca juga: Sejarah Hari Disabilitas Internasional dan Upaya Memenuhi Hak Penyandang Disabilitas...
Diberitakan Kompas.com, 23 September 2020, di Indonesia terdapat dua jenis bahasa isyarat yang kerap digunakan, yaitu Sistem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).
SIBI merupakan bahasa isyarat yang berkembang dari serapan American Sign Language dan merupakan cara merepresentasikan tata bahasa lisan Indonesia ke dalam gerakan isyarat buatan tertentu.
SIBI sudah diresmikan dalam Undang-Undang No 2 Tahun 1989 serta dibakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 30 Juni 1994 menjadi sistem isyarat untuk teman tuli.
SIBI juga digunakan sebagai pengantar komunikasi di kurikulum Sekolah Luar Biasa (SLB).
Sementara itu, Bisindo adalah bahasa isyarat yang berkembang secara alami dari kebutuhan kaum Tuli.
Adapun eksistensi Bisindo sudah ada sejak 1966, akan tetapi perkembangannya belum naik ke permukaan. Maka dari itu, pemerintah menggunakan SIBI.
Namun, teman Tuli lebih memilih menggunakan Bisindo karena hal tersebut merupakan salah satu budaya yang lahir dan berkembang dari kaum tuli di Indonesia.