Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Virus Corona Varian Baru Sebabkan Gejala Unik Termasuk Diare

Kompas.com - 22/05/2021, 16:00 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

klarifikasi

klarifikasi!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.

KOMPAS.com - Beredar unggahan tentang gejala Covid-19 varian baru dan tes yang bisa mendeteksi varian baru.

Unggahan tersebut beredar di media sosial Facebook hingga Whatsapp pada Kamis (20/5/2021). Salah satu berita Kompas.com dicatut dalam unggahan tersebut.

Salah satu pengunggahnya adalah akun Facebook Jarot Setiawan.

Dari penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, diketahui bahwa klaim dalam informasi itu perlu diluruskan.

Narasi yang beredar

Akun Facebook Jarot Setiawan mengunggah informasi terkait gejala Covid-19 di akun pribadinya pada 20 Mei 2021.

Dalam narasinya, dia meminta teman-temannya yang bekerja di bidang yang bertemu dengan banyak orang untuk waspada, karena varian baru virus corona yang ditemukan di India memiliki gejala yang unik.

Disebutkan bahwa pasien tidak akan langsung demam, tapi virus langsung menyerang paru-paru.

Tes Covid-19 yang ada tidak bisa mendeteksi, semuanya akan menghasilkan 'negatif'. Diklaim hanya LDCT yang bisa mendeteksi varian baru itu.

Dia mencatut berita Kompas.com pada 3 Mei 2021. Dikatakan juga bahwa virus mematikan itu sudah ditemukan di Bali dan Jakarta.

Gejala yang akan dialami pasien yang terinfeksi virus baru mulai dari diare, hasil swab negatif, hingga meninggal. Berikut ini narasi lengkapnya:

"Kepada teman-teman yang cari nafkah di bidang yang sering 'bertemu dengan orang',
varian baru yang ditemukan di India (B 1617) memiliki gejala yang unik
tidak menimbulkan panas tapi virus varian baru ini menyerang langsung ke paru-paru.
Tes-tes yang ada (rapid, swab antigen maupun swab PCR), semua hasilnya negatif,
hanya LDCT (low dose CT Scan paru) Scan paru-paru yang bisa mendeteksi varian baru ini.
Biasanya langsung sesak napas dan 1~2 hari meninggal dunia.
Virus mematikan ini sudah ditemukan di Bali (B1351), Jakarta(B1617/B117),
Sumber informasi: https://nasional.kompas.com/read/2021/05/03/16035411/kemenkes-varian-b117-b1617-dan-b1351-sudah-masuk-indonesia?page=all
Gejala:
1. Diare.
2. Swab & PCR negatif.
3. Hari ke 3 diare makin parah.
4. Sesak nafas / nafas tersengal-sengal
5. CT scan paru hasilnya berwarna putih semua.
6. Setelah paru-paru menjadi putih,biasanya 1-2 hari kemudian meninggal.
Mari sama-sama ketatkan prokes:
1. Memakai Masker
2. Mencuci Tangan
3. Menjaga Jarak
4. Menjauhi Kerumunan
5. Mengurangi Mobilitas
Sayangi diri Anda, Sayangi Keluarga Anda, dan Sayangi Negeri ini."

Unggahan itu disukai 39 kali, dibagikan ulang 5 kali, dan dikomentari 10 kali. Unggahan serupa juga diunggah oleh:

Konfirmasi Kompas.com

Tim Cek Fakta Kompas.com mengonfirmasi hal tersebut kepada Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman.

Dia mengatakan ada informasi yang benar dan tidak benar dalam unggahan tersebut, sehingga perlu diluruskan.

"Untuk yang varian India ini memang lebih banyak menyebabkan sesak lebih berat, namun tidak semuanya tidak terdeteksi. PCR ini kan ada 3 tipe. Artinya informasi ini tidak seluruhnya benar, tidak seluruhnya salah," ungkapnya pada Kompas.com, Sabtu (22/5/2021).

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com