Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Muasal Tradisi Cap Go Meh, Dirayakan 15 Hari Setelah Imlek

Kompas.com - 26/02/2021, 16:54 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cap Go Meh adalah hari penutup dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek, yang biasa diperingati oleh masyarakat Tionghoa selama 15 hari.

Tahun ini, Cap Go Meh dirayakan pada Jumat (26/2/2021), 15 hari setelah Imlek yang dirayakan pada 12 Februari 2021.

Bagaimana sejarah Cap Go Meh?

Dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Dwi Susanto, mengatakan, perayaan Cap Go Meh berasal dari bahasa Hokkien.

"Cap go itu 15, meh itu malam. Jadi malam kelima belas. Tradisi itu sudah ada sejak zaman dahulu," kata Dwi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (26/2/2021).

Dwi mengatakan, beberapa sumber ada yang menyebut bahwa perayaan Cap Go Meh adalah untuk menghormati dewa tertinggi di Dinasti Han.

"Tetapi kalau di dalam ajaran agama Konghucu, itu (Cap Go Meh) diperingati sebagai berdoa kepada orang tua. Mendoakan orang tua, memohon kepada Tuhan atau Tian," ujar Dwi.

Dwi menyebutkan, sebutan Cap Go Meh hanya dikenal di Indonesia karena pengaruh dari bahasa Hokkien, sedangkan di wilayah lain, perayaan 15 hari setelah Imlek memiliki nama yang berbeda-beda.

Dalam konteks internasional, Cap Go Meh disebut sebagai Lantern Festival atau Festival Lentera (Lampion), sedangkan di Tiongkok, perayaan tersebut dikenal sebagai Yuánxiojié atau Shàngyuánjié.

Baca juga: Momen Cap Go Meh, Ini 5 Diskon Menarik yang Dapat Anda Coba

Adaptasi dengan budaya Indonesia

Menurut Dwi, meski memiliki nama atau sebutan berbeda-beda, perayaan Cap Go Meh di berbagai wilayah memiliki esensi yang sama.

"Dulu bersifat sangat tertutup. Itu hanya keluarga tertentu, maksudnya satu keluarga anggota tertentu, enggak umum. Nah, sekarang menjadi kebiasaan yang umum, difestivalkan, menjadi tradisi budaya. Tapi intinya itu bagian dari ritual keagamaan juga sebenarnya," kata Dwi.

Dia menambahkan, perayaan yang berasal dari Tiongkok tersebut kemudian mengalami adaptasi begitu memasuki atau bertemu dengan budaya Indonesia.

Salah satunya dengan munculnya kuliner adaptasi dari dua budaya tersebut.

"Di Indonesia ada lontong Cap Go Meh. Itu masakan adaptasi, dari masakan kita dengan mereka. Perayaan makanan dan sebagainya, itu mesti adaptasi dengan lingkungan sekitar, enggak mungkin akan membuat sendiri," ujar Dwi.

Dia juga mengatakan, proses adaptasi tersebut juga bervariasi antar satu daerah dengan daerah lainnya di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com