Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Bertemu Jusuf Kalla pada Sebuah Sore

Kompas.com - 26/02/2021, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KAMIS, pukul 14.00 wib, hujan deras di Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Setelah menjalani swab antigen dan menungu beberapa saat, saya masuk ke ruang tamu salah satu rumah di Jalan Brawijaya, bertemu Wakil Presiden 2004-2009 dan 2014-2019 Muhammad Jusuf Kalla (JK).

Pak JK nampak segar dan sehat. Senang sekali saya jumpa JK sore itu. Karena dua buku saya, Sisi Lain Istana Jilid I (Dari Zaman Bung Karno sampai SBY) dan Sisi Lain Jilid II (Andaikan Obama Ikut Pilpres Indonesia) diluncurkan oleh beliau.

Pembicaraan kami berdua langsung ke masa-masa yang belum lama berlalu. Orang-orang atau tokoh-tokoh yang kami bicarakan antara lain almarhum Jakob Oetama, Buya Safi’i Maarif, Kwik Kian Gie, Muhammad Lutfi, Erick Tohir, Airlangga Hartarto, Anies Baswedan dan seterusnya. Pembicaraan kami dalam nuansa positif.

Kami membicarakan tentang harapan Jakob Otama (JO) dan Safi’i Maarif (Buya) yang menginginkan JK jadi presiden.

“Pak Buya Safii Maarif bilang ke publik, JK the real president, waduh ini membuat saya sedikit repot,” ujar JK sore itu.

Almarhum JO pun punya keinginan yang mirip seperti apa yang dikatakan Buya, tapi tidak begitu gamblang dan terbuka.

Rugi, tidak beri kesempatan JK

Saya jadi ingat tulisan Buya dalam buku Mereka Bicara JK, di bawah subjudul M. Syafi’i Maarif: JK The Real President.

“Sebenarnya bangsa ini rugi tidak memberi kesempatan kepada JK untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini. Tapi memang bangsa ini belum siap menerima sosok seperti JK untuk memimpin negeri karena memang kondisi sosial politik dan demokrasi kita masih berada pada tahapan demokrasi citra,” ujar Ketua PP Muhammadiyah 1998-2003 itu dalam buku terbitan Oktober 2009, saat JK lengser dari kursi wakil presiden.

“......Selain itu, masyarakat kita memang masih belum sepenuhnya memahami sosok JK. Bagi pemilih JK dalam pemilihan presiden 2009, kekalahannya bukan suatu persoalan, pemilihnya merasa bangga dengan mencontreng dia karena ada harapan yang muncul dari sosok beliau jika ia berhasil memimpin negeri ini,” lanjut Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah 12 tahun lalu itu.

Lain halnya dengan apa yang dikatakan salah seorang pendiri harian umum Kompas, Jakob Oetama. Ia bersahabat dengan JK. Mereka sering bertemu dalam saat tidak formal. Beberapa kali saya ikut dalam pertemuan itu.

Beberapa pekan setelah JK terpilih kembali jadi Wapres pada Oktober 2014, saya bersama teman-teman dari redaksi Kompas menemani JO makan siang di kediaman pribadi JK di Jalan Brawijaya.

Sambil menikmati soto ayam kesukaan JO, almarhum berkesempatan mengusulkan agar JK banyak berperan dalam pemerintahan bersama Presiden Joko Widodo.

Dalam pemakaman jenazah almarhum Jakob Oetama, Kamis, 10 September 2020 (wafat hari Rabu, 9 September 2020), di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, JK bertindak sebagai inspektur upacara.

Di bawah subjudul, Kita Melihat Kedewasaan dan Kebijakan Politik dari Keduanya, JO antara lain mengatakan ,”......SBY dan JK, dua sosok yang berbeda kepribadian dan kecenderungannya.”

“Yang satu pemikir, reflektif, serius, sedangkan yang lainnya adalah man in action - karena latar-belakangnya yang usahawan dan entrepreneur itu. Mantan PM Singapura, Lee Kuan Yew, termasuk yang berpendapta demikian.Waktu beliau menyatakan begitu, saya berkomentar, ‘yes excellency, tapi juga jadi mudah untuk di-intrik’. Tapi saya ngomong sambil setengah joke,” lanjut almarhum Jakob Oetomo tahun 2009.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com