Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update: Kondisi 717 WNI Jemaah Tabligh di India yang Belum Bisa Dievakuasi karena Lockdown

Kompas.com - 21/04/2020, 16:33 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Proses evakuasi 717 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi jemaah tabligh di India masih ditunda karena kebijakan lockdown yang sedang diberlakukan Pemerintah India.

Plt Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, sejauh ini belum ada peluang untuk memulangkan para WNI tersebut karena India menutup akses keluar dan masuk pesawat. 

Bantuan berupa makanan juga selalu diberikan oleh pemerintah, meski masih ada kendala.

"Harap dimaklumi bahwa mereka tersebar di 33 lokasi di 12 negara bagian. Beberapa di antaranya berjarak ratusan kilometer dari KBRI ataupun konsulat jenderal kita di Mumbai. Untuk mereka yang berjarak dekat bantuan ada diberikan. Namun bagi yang jauh ada pengaturan tersendiri, antara lain dengan bantuan masyarakat kita atau pun sesama majelis tabligh warga negara India," kata Faizasyah, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/4/2020).

Menurut dia, berdasarkan informasi yang diperoleh Kemenlu, sebagian besar WNI peserta jemaah tabligh tersebut tidak memilik telepon seluler.

Dari 717 peserta jemaah tabligh tersebut, 75 orang dikonfirmasi positif Covid-19, dan 13 di antaranya sudah dinyatakan sembuh.

Pemerintah Indonesia terus berkoordinasi dengan KBRI New Delhi dan Pemerintah India dalam proses pengobatan WNI jemaah tabligh.

Saat ini, jumlah WNI di India yang terinfeksi Covid-19 adalah yang tertinggi dibandingkan WNI yang terjangkit di negara lain.

Persentase WNI di India yang terjangkit Covid-19 mencapai 19 persen.

Baca juga: UPDATE: 12 WNI di India Sembuh dari Covid-19

India perpanjang lockdown

Seperti diberitakan Kompas.com, 14 April 2020, Perdana Menteri India Narendra Modi menyatakan, Pemerintah India memperpanjang masa lockdown virus corona hingga 3 Mei 2020.

Sebelumnya, masa lockdown untuk 1,3 miliar jiwa penduduk India dijadwalkan berakhir pada Selasa (14/4/2020).

Dalam pernyataannya yang disiarkan televisi, Narendra Modi mengatakan, dari segi ekonomi, negaranya tentu harus membayar harga yang sangat mahal

"Tetapi hidup dari masyarakat India jauh lebih berharga," kata Perdana Menteri dari Bharatiya Janata Party itu.

Hingga Selasa lalu, India 10.000 kasus Covid-19 dengan 339 korban meninggal.

Akan tetapi, karena di India terdapat kota-kota yang padat penduduk, ada kekhawatiran jumlahnya bakal bertambah signifikan dan membuat sistem kesehatan setempat kewalahan.

Sejumlah pakar menyatakan, Delhi tak menggelar cukup tes sehingga mereka yakin jumlah infeksi sebenarnya jauh lebih tinggi.

Baca juga: Ibu di India Lempar 5 Anaknya ke Sungai Gangga karena Kecewa dengan Suami

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com