Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zackir L Makmur
Wartawan

Gemar menulis, beberapa bukunya telah terbit. Suka catur dan humor, tertawanya nyaring

Penjilatan Kekuasaan dalam Mitologi, Seni, dan Sastra (Bagian I)

Kompas.com - 15/01/2024, 12:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJAK zaman kuno hingga masa kini, fenomena perilaku menjilat kekuasaan telah menjadi kisah yang melintasi segenap peradaban manusia.

Melalui mitologi dunia, kita dapat melihat refleksi dari perilaku ini yang tidak hanya terjadi pada masa lalu, tetapi juga mencitrakan realitas masa kini.

Dalam epik Mahabharata, ada tokoh Shakuni yang menjadi representasi nyata dari tradisi menjilat kekuasaan.

Karakter ini menggambarkan kecerdikan licik dan ambisi yang diarahkan untuk memperoleh kekuasaan dengan segala cara. Paralelnya dengan masa kini tampak jelas, mengingat praktik-praktik politik yang sering kali mencerminkan kisah Mahabharata.

Sedangkan pada mitologi Yunani ada tokoh Menelaus, profil manusia Sparta yang terobsesi dengan kehormatan dan kekuasaan.

Kehidupannya, terutama melalui konfliknya dengan Paris dari Troya, menciptakan gambaran karakter yang rela menjilat kekuasaan demi mempertahankan posisinya. Paralel ini memberikan perspektif yang dalam terhadap dinamika politik kontemporer.

Tidak hanya dalam mitologi global, tetapi juga dalam khasana mitologi Nusantara, tema ini hadir melalui karakter antagonis seperti Rangda dalam mitologi Bali atau Buta Ijo dalam cerita Jawa.

Meskipun tidak sepenuhnya mencerminkan konsep "penjilat kekuasaan," karakter-karakter ini sering kali menjadi simbol pertarungan antara kebaikan dan kejahatan, menciptakan paralel dengan konflik moral dalam politik modern.

Semiotika dalam mitologi dan karya seni

Fenomena menjilat kekuasaan melampaui batasan mitologi kuno dan terus merajalela dalam era modern. Maka kisah-kisah kuno memberikan paralel yang mencolok dengan realitas sekarang, hal ini demi memberikan wawasan yang mendalam mengenai dinamika politik manusia.

Dalam konteks ini, mitologi tidak hanya memainkan peran sebagai cermin bagi perilaku manusia, tetapi juga sebagai petunjuk untuk memahami keberlanjutan dan evolusi fenomena tersebut.

Dengan mengamati pola-pola dalam mitos, dapat diresapi suatu kompleksitas relasi manusia dengan kekuasaan, dan memahami bagaimana dinamika ini masih relevan di tengah-tengah dinamika politik zaman sekarang.

Dari itu menggali lebih dalam warisan mitologi dunia (dan Nusantara), bakal ditemukan mitos-mitos tidak hanya menggambarkan perilaku penjilatan kekuasaan, tetapi juga sering kali menawarkan pelajaran moral yang berharga.

Beberapa mitos mengingatkan perkara tentang bahaya kekuasaan tanpa tanggung jawab, sementara yang lain memberikan contoh tentang pentingnya keadilan dan keseimbangan dalam penggunaan kekuasaan.

Oleh karena itu, mitologi tidak hanya menjadi narasi tentang kebusukan manusia, tetapi juga sumber inspirasi untuk memahami prinsip-prinsip moral yang dapat membentuk tata kelola kekuasaan yang lebih baik.

Dari sini mitologi berperan sebagai alat yang memfasilitasi pemahaman terhadap aspek-aspek manusiawi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com