Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Liberalisme dan Pasar Bebas Kita

Kompas.com - 09/01/2024, 09:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AKHIRNYA setelah berbagai percobaan kita lakukan, sistem sosial dan politik kita sepertinya mengarah pada pasar bebas.

Dulu di awal kemerdekaan memang ada kecenderungan ke arah sosialisme, karena pengaruh paham Marxisme dan sosialisme model Eropa pada para pemimpin dan pendiri bangsa.

Sosialisme waktu itu dianggap sebagai bentuk perlawanan dan kritik pada model kapitalisme yang dianggap sebagai akar penjajahan bangsa Eropa atas Asia, Afrika, dan Amerika.

Karena pasar bebaslah, persaingan antartengkulak, kompetisi bebas perdagangan, dan penanaman modal, semua itu mendorong eksplorasi bahan baku untuk pasar Eropa.

Penjajahan bermula dari situ. Pelancongan, ekpedisi, dan pendudukan dari dorongan ekonomi dan pasar bebas.

Rempah-rempah menjadi komoditi utama pada awalnya. Barang itu diperebutkan dengan melibatkan kekuatan politik dan bahkan perang.

Selanjutnya tebu, karet, dan semua produk bumi, termasuk jenis pertambangan dari perut bumi. Komoditi mengikuti selera pasar.

Sosialisme pada awalnya adalah kritik pada eksploitasi bumi dan manusia. Trendi waktu itu. Tidak lagi saat ini.

Di era pembangunan Orde Baru, mekanisme pasar mengatur gerak pertumbuhan ekonomi. Leberalisme pelan-pelan kembali, walaupun intervensi otoritas pemerintah atas pasar terasa. Dorongan, suntikan, dan regulasi berusaha untuk mengatur pasar.

Ekonom dan pemikir liberal Jerman Friedrich August von Hayek (1899-1992) percaya pada mekanisme pasar bebas. Menurut dia, kebebasan akan mengarah pada kretivitas, inovasi, dan keuntungan bisnis.

Tiga hal itu bisa menciptakan kekayaan dan kemakmuran baik bagi warga secara individu maupun bagi masyarakat luas. Kebebasan itu baik bagi manusia sendiri-sendiri atau bersama-sama.

Individu yang bebas akan menjadi kreatif. Untuk masyarakat, kebebasan akan menciptakan kompetisi yang mengarah pada inovasi dan usaha-usaha swasta.

Jika kita lihat tidak hanya sebagai sistem ekonomi, tapi juga sosial dan politik, sistem kita hampir seliberal gagasan Hayek.

Usaha informal luar biasa berkembangnya, dari tenda pecel lele, kios pinggir jalan, sampai usaha-usaha online. Pasar kita cukup bebas, liberal.

Begitu juga dalam politik. Partai politik saat ini berjumlah banyak dan silih berganti bebas lahir dan berkembang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com