KITA orang Indonesia lebih nyaman memahami persamaan. Persamaan membuat kita merasa senasib dan seperjuangan.
Sama-sama manusia membuat kita sepenanggungan. Sebangsa dan setanah air mengarah solidaritas. Sesama beragama menjadi titik temu. Persamaan diharapkan mudah memahami sesama dan merukunkan.
Bagaimana dengan perbedaan? Agak sulit dipahami. Nasionalisme, sosialisme, agama dalam sejarah perjuangan bangsa kita sering dipertemukan daripada dicari apa bedanya.
Padahal ketiganya mempunyai perhatian yang berbeda. Itulah selaras atau harmoni menurut kita.
Dalam memahami hubungan antariman lebih mudah mencari persamaan menurut persepsi yang kita mampu.
Kata Isa sudah umum dipakai dan mudah dipahami bagi umat Islam, karena termaktub dalam Kitab Suci A-Qur’an dan tradisi Muslim. Seolah kalau menyebut Isa berarti sama dengan yang dimaksud Yesus.
Begitu juga kata Kristus kita pahami sebagai Al-Masih. Gelar Yesus Kristus sementara ini diselaraskan dengan Isa Al-Masih.
Apakah Yesus dan Isa berbeda? Apakah itu soal bahasa saja?
Yesus sudah lama mengakar dalam tradisi Gereja, saling terkait antara bahasa Aramaik, Syriak, Yunani dan Latin. Dua bahasa terakhir menguasai dunia mulai abad 5 SM hingga abad 10 M. Kira-kira begitu.
Dalam banyak penelitian dan tradisi memang Yesus berbahasa Aramaik. Tentu juga menggunakan bahasa Ibrani. Namun tradisi Yunani dan Latin selanjutnya umum dipakai di Gereja Barat dan juga Gereja Timur.
Bahasa Arab termasuk rumpun Semitik, bahasa kuno termasuk di dalamnya Ibrani, Aramaik, dan Syriak.
Kata Isa kemungkinan besar, menurut banyak penelitian sejarah, sudah dipakai dalam lingkungan gereja-geraja Timur Tengah dua atau tiga abad sebelum Islam diwahyukan pada abad 7 M.
Kelahiran Islam pada masa itu juga menggambarkan kondisi Kristiani di Timur Tengah sekaligus bagaimana Yahudi di sana.
Di Mekkah dan Madinah banyak suku-suku yang berafiliasi dengan Kristiani dan Yahudi. Kitab Suci Al-Qur’an menjadi saksi dan merekamnya dalam banyak ayat.
Memang berbeda antara Isa dalam Al-Qur’an dan pemahaman Yesus menurut tradisi gereja Kristen, baik Katolik maupun Protestan. Soal statusnya dalam teologi Trinitas, dan teologi Tauhid (keesaan Tuhan) dalam Islam.