Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isi Prasasti Lucem di Kediri

Kompas.com - 03/12/2023, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Prasasti Lucem atau Prasasti Poh Sarang ditemukan di Desa Titik, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Apabila melihat pada penanggalannya yang bertuliskan 934 Saka atau 1012 Masehi, prasasti ini berasal dari era akhir Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur atau kerap disebut Kerajaan Medang.

Raja yang berkuasa saat itu adalah Dharmawangsa Teguh, raja terakhir Mataram Kuno.

Lantas, apa isi Prasasti Lucem atau Prasasti Poh Sarang?

Baca juga: Isi Prasasti Wihara I Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Isi Prasasti Lucem

Isi Prasasti Lucem atau Prasasti Poh Sarang terdiri dari empat baris tulisan dalam aksara Jawa Kuno gaya kuadrat.

Empat baris tulisan yang terpahat pada sebuah batu kali tersebut berbunyi:

Pada tahun Saka 934 (1012 Masehi) ketika itu sebuah jalan dibenahi oleh
Samgat (hakim) dari Lucem (bernama) Pu Ghek
Sembilan (titik) ditandai dengan melakukan penanaman
(pohon) Bodhi (dan) beringin

Melansir arkenas.kemdikbud.go.id, penanaman pohon yang dimaksud dalam Prasasti Lucem adalah sebuah upaya pelestarian lingkungan sekaligus mendukung aktivitas keagamaan di daerah tersebut.

Pohon Bodhi dipilih karena dianggap sebagai pohon sakral dalam ajaran Buddha.

Pasalnya, Sang Buddha menerima pencerahan saat bertapa di bawah pohon Bodhi.

Baca juga: Prasasti Tlu Ron, Ungkapan Frustrasi Dyah Balitung

Sedangkan pemilihan pohon beringin, yang juga disebutkan dalam Prasasti Lucem, dikaitkan dengan kalpataru atau pohon kehidupan.

Arti kata kalpataru adalah pohon masa dunia yang lamanya 4.320.000 tahun.

Masa hidup yang panjang menjadikan kalpataru sebagai lambang keabadian.

Selain itu, kalpataru juga dipercaya dapat memberikan berkah dan kemakmuran bagi manusia.

Pemujaan terhadap pohon beringin juga dikenal pada zaman Hindu, Buddha, dan Jaina.

Pohon beringin diyakini sebagai tempat tinggal para dewa, khususnya dewa maut (Yama) bersama roh-roh yang sudah meninggal.

Penanaman pohon Bodhi dan beringin yang disebutkan dalam Prasasti Lucem dapat diartikan sebagai simbol kebhinekaan dari ajaran-ajaran yang ada pada masa lampau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Hasil Perlawanan Pangeran Antasari

Stori
Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com