Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Batik Nasional di Indonesia

Kompas.com - 03/10/2023, 08:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Batik adalah salah satu identitas bangsa Indonesia yang diakui sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi Dunia dari Indonesia oleh Badan PBB untuk UNESCO pada 2 Oktober 2009.

Oleh sebab itu, setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

Lalu, bagaimana sejarah Hari Batik Nasional?

Baca juga: Sejarah Batik, Karya Nenek Moyang hingga Jadi Ikon Nasional

Sejarah Hari Batik Nasional

Sejarah Hari Batik Nasional berawal dari pengajuan batik untuk mendapatkan status intangible cultural heritage pada 4 September 2008 oleh Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat saat itu sebagai perwakilan dari pemerintah dan komunitas batik di Indonesia.

Pengajuan itu disampaikan ke kantor UNESCO di Jakarta dan baru diterima pada 9 Januari 2009.

Beberapa bulan berselang, tepatnya tanggal 30 September 2009, diumumkan dalam laman UNESCO bahwa batik Indonesia masuk dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia oleh badan PBB.

Lalu, pada 2 Oktober 2009, dalam sidang keempat Komite Antar-Pemerintah tentang Warisan Budaya Non-bendawi, batik pada akhirnya resmi terdaftar sebagai Warisan Kemanusiaan Karya Agung Budaya Lisan dan Nonbendawi di UNESCO.

Batik pun menjadi bagian dari 76 seni dan tradisi dari 27 negara yang diakui UNESCO dalam daftar warisan budaya tak benda melalui keputusan komite 24 negara yang berlangsung di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Selanjutnya, pada 17 November 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan Keppres Nomor 33 Tahun 2009.

Keppres itu berisi penetapan Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober, bertepatan dengan diakuinya batik sebagai warisan budaya non-bendawi.

Selama Presiden SBY memimpin, Indonesia sering ditetapkan sebagai tuan rumah acara internasional, seperti KTT ASEAN ke-19 dan KTT Asia Timur pada 2011.

Dalam acara tersebut seluruh tamu diwajibkan untuk menggunakan batik. Langkah ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan SBY untuk tetap melestarikan batik.

Lebih lanjut, pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, saat beliau menghadiri acara KTT APEC di Beijing, China, pada 2014 silam, Presiden Jokowi, memakai kemeja batik dengan corak parang.

Lalu, pada Mei 2019, Indonesia dijadikan Presiden Dewan Keamanan PBB dan batik kembali dipilih sebagai dress-code.

Lewat cara ini, Indonesia memperkenalkan eksistensi dan keindahan batik di kancah internasional.

 

Referensi:

  • Mawardi, Dodi. (2021). Kebanggaan Indonesia Batik Menjadi Warisan Dunia. Jawa Tengah: Epigraf Komunikata Prima.
  • Y, Nuning. Damayanti Adisasmito. dkk. (2021). Akulturasi Dalam Bahasa Rupa Pada Motif Batik Belanda Cirebon dan Batik Pesisir Jawa. Jawa Tengah: Penerbit Yayasan Lembaga Gumun Indonesia.
  • Kinoysan. Ari Wulandari. (2011). Batik Nusantara. Yogyakarta: Penerbit Andi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com