Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Berdirinya Puja Mandala

Kompas.com - 07/06/2023, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Puja Mandala adalah pusat peribadatan yang menyuguhkan lima tempat ibadah bagi umat Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu.

Puja Mandala terletak di Desa Kampial, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

Di dalam kawasan Puja Mandala ada Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, Gereja Kristen Protestan di Bali Bukit Doa, dan Pura Jagat Natha.

Berikut ini sejarah berdirinya Puja Mandala.

Baca juga: Sejarah Pura Ulun Danu Beratan

Sejarah berdirinya Puja Mandala

Sejarah berdirinya Puja Mandala berawal dari kesulitan warga muslim yang umumnya datang dari Jawa dan bermukim di sekitar Benoa dan Nusa Dua untuk memiliki masjid sendiri.

Saat itu, mereka merasa kesulitan menjangkau masjid karena masjid terdekat berada di Kuta, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari tempat tinggal mereka.

Namun sebagai kaum minoritas, mereka terganjal Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 1/BER/mdn-mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintah dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya.

Keluhan mereka ini kemudian ditanggapi oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Joop Ave (1993-1998).

Joop Ave kemudian berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan tokoh masyarakat setempat.

Menteri Joop Ave meminta kawasan pariwisata Nusa Dua hendaknya memiliki tempat ibadah untuk lima agama yang diakui di Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.

Dengan adanya lima tempat ibadah ini diharapkan dapat memfasilitasi setiap karyawan atau wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan Nusa Dua.

Menteri Joop Ave menugaskan PT Bali Tourism Development Center (BTDC) untuk menyiapkan lahan.

Kemudian, pada 1992, BTDC memilih sepetak lahan dengan luas 2,5 hektare di Desa Kampial yang menghadap ke Tanjung Benoa.

Setiap rumah dibangun di atas lahan tersebut dengan luas 5.000 meter persegi.

Setelah lahan siap, proses pembangunan mulai dilakukan pada 1994 dan berlangsung hingga 1997.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com