Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pura Gede Perancak di Jembrana

Kompas.com - 21/02/2023, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Pura Gede Perancak terletak di Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali.

Pura ini tidak hanya menampilkan arsitektur yang indah dan disakralkan, tetapi juga menyimpan cerita sejarah yang menarik.

Sejarah Pura Gede Perancak dikaitkan dengan kedatangan Dang Hyang Nirartha, leluhur pendeta Siwa di Bali, dari Jawa.

Baca juga: Sejarah Pura Ulun Danu Beratan

Sejarah berdirinya Pura Gede Perancak

Melansir laman Pemkab Jembrana, sejarah berdirinya Pura Gede Perancak bermula dari kedatangan Dang Hyang Nirartha (Danghyang Dwijendara).

Dang Hyang Nirartha adalah putra dari Dang Hyang Asmaranatha, pendeta Kerajaan Majapahit.

Pada abad ke-16, Dang Hyang Nirartha disebut juga Wau Rauh Pedanda, datang ke Bali dari Blambangan (Banyuwangi).

Dang Hyang Nirartha yang datang dari Jawa bersama tujuh putra dan istrinya, tiba di tepi pantai Jembrana.

Mereka bertemu dengan I Gusti Ngurah Rangsasa di sebuah pura usang.

Baca juga: Candi Mirigambar, dari Cerita Panji hingga Angling Dharma

I Gusti Ngurah Rangsasa merupakan pemimpin desa yang dikenal angkuh, dan memaksa siapapun untuk tunduk serta menaati peraturannya.

Merasa dirinya kuat, I Gusti Ngurah Rangsasa pun dengan sombong menantang Dang Hyang Nirartha.

Dang Hyang Nirartha kemudian bersembahyang dan menangkupkan kedua tangannya.

Karena kesaktian Dang Hyang Nirartha, batu yang ada di pura terbelah menjadi dua, sementara bangunan pura menjadi hancur berantakan.

Menyadari kekalahannya, I Gusti Ngurah Rangsasa melarikan diri ke arah utara dan tidak pernah kembali.

Usai kejadian itu, pemangku pura meminta maaf dan memohon agar Dang Hyang Nirartha memulihkan pura yang hancur.

Baca juga: Candi Sanggrahan, Tempat Peristirahatan Pembawa Jenazah Gayatri

Berkat kesaktiannya dan anugerah Ida Sang Hyang Widi, Dang Hyang Nirartha bisa mengembalikan pura seperti sedia kala.

Pura tersebut kemudian diubah namanya menjadi Pura Encak atau Pura Perancak. Dalam Bahasa Bali, encak berarti roboh atau pecah.

Di Pura Gede Perancak terdapat meru tumpang tiga sebagai tempat pemujaan Pedanda Wau Rawuh.

Di sebelah kirinya ada sebuah gedong sebagai tempat stana I Gusti Ngurah Rangsasa.

Penempatan itu diperkirakan seperti konsep rwa bhineda di Bali, yakni antara kebaikan dan keburukan, siang dan malam, serta susah dan senang, yang tidak bisa dipisahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com