Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karya-Karya Sultan Agung

Kompas.com - 26/05/2023, 01:30 WIB
Susanto Jumaidi,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sultan Agung merupakan raja Kesultanan Mataram Islam yang memerintah pada abad ke-17.

Ia adalah penguasa tersohor dan dianggap sebagai salah satu tokoh yang banyak memberi pengaruh dalam sejarah masyarakat Jawa.

Selama masa pemerintahannya, Sultan Agung berhasil mengintegrasikan berbagai kerajaan kecil di Jawa Tengah dan Jawa Timur ke dalam wilayah Kesultanan Mataram.

Sebagai sultan, ia tidak saja piawai dalam mengurus pemerintahan Kesultanan Mataram, ia juga melahirkan banyak karya sastra. Berikut ulasan tentang biografi serta karya-karyanya.

Baca juga: Biografi Sultan Agung, Perjuangan dan Hasil Sastra

Biografi dan Kiprahnya

Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, dikenal juga dengan nama Raden Mas Rangsang. Ia lahir pada tahun 1593 dan wafat pada 1645.

Lahir dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati yang tak lain adalah sultan kedua di Kesultanan Mataram.

Raden Mas Jatmika naik tahta sebagai Sultan Mataram dalam di usia yang cukup muda, yaitu umur 20 tahun, atau tepatnya pada 1613 dengan gelar Sultan Agung.

Kendati demikian, ia mampu mengendalikan setir pemerintahan Mataram yang mengantar kesultanan ini menapak puncak kejayaannya.

Dalam rentang kepemimpinan Sultan Agung, sejak 1613-1645, wilayah kekuasaan Mataram semakin luas meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sebagian Jawa Barat.

Baca juga: Biografi Sultan Agung, Penguasa Mataram yang Tangkas dan Cerdas

Selama masa hidupnya, Sultan Agung juga menuliskan beberapa pemikirannya dalam beberapa judul serat sebagai berikut.

Karya-Karya Sultan Agung

Serat Nitipraja

Serat Nitipraja atau bila diterjemahkan berarti Kitab Tuntunan untuk Pemerintahan. Kitab ini ditulis pada tahun 1630.

Secara umum kitab ini berisi tentang tuntunan bagi seorang pemimpin dalam memerintah kelompoknya.

Beberapa poin dalam kitab tersebut berbunyi bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki sikap religius dan humanis, melibatkan ulama dalam mengurus rakyatnya.

Baca juga: Perjuangan Sultan Agung di Batavia

Serat Sastra Gendhing

Sastra Gendhing dimaknai dalam beberapa pengertian, Sastra diartikan sebagai Tuhan secara batiniyah, dan Gendhing dimaknai sebagai manusia secara lahiriyah.

Isi Serat Sastra Gendhing dapat disederhanakan menjadi dua pokok pembahasan, yaitu teologis dan tasawuf.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com