KOMPAS.com - Kerajaan Aceh adalah kerajaan Islam di Sumatera yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada 1496 M.
Ibu kota Kerajaan Aceh terletak di Kutaraja atau yang sekarang disebut Banda Aceh.
Kerajaan Aceh berhasil mencapai masa emasnya di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda, yang bertakhta sejak 1607 hingga 1636 M.
Kejayaan Kerajaan Aceh sendiri tidak lepas dari lokasinya yang strategis, yaitu di dekat jalur pelayaran dan perdagangan internasional.
Kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran pada tahun 1641.
Penyebab runtuhnya Kerajaan Aceh adalah adanya perebutan kekuasaan di antara para pewaris takhta.
Pada akhirnya, Kerajaan Aceh berhasil ditaklukkan oleh kolonial Belanda.
Salah satu bukti sejarah adanya Kerajaan Aceh adalah adanya Kitab Bustanussalatin yang ditulis oleh Nurrudin ar-Raniri.
Baca juga: Kerajaan Aceh: Raja-raja, Puncak Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan
Kitab Bustanussalatin adalah salah satu peninggalan Kerajaan Aceh. Kitab ini dibuat sejak masuknya penggunaan Bahasa Melayu dalam berbagai bidang di kerajaan.
Bustanussalatin memiliki arti taman raja-raja.
Kitab Bustanussalatin ditulis oleh Syeikh Nurrudin ar-Raniri pada 1047 H atau 1637 M, yakni pada masa Kerajaan Aceh yang dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda.
Kitab Bustanussalatin menggambarkan bagaimana kehidupan Kerajaan Aceh pada abad ke-16 hingga abad ke-17.
Secara umum, Kitab Bustanussalatin memiliki isi secara agamawi dan historis yang dijadikan satu.
Kitab Bustanussalatin inilah yang paling lengkap mengisahkan raja-raja Melayu, khususnya Kerajaan Aceh.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Aceh
Kitab Bustanussalatin terdiri dari tujuh bab, yaitu: