Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metode Dakwah Sunan Kudus

Kompas.com - 25/01/2023, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Sunan Kudus memiliki nama asli Jaffar Shadiq. Ia adalah putra Sunan Ngundung dan Syarifah, adik Sunan Bonang.

Wilayah dakwah Sunan Kudus adalah di Kudus, Jawa Tengah, kemudian juga sempat berkelana ke Sragen dan Gunung Kidul.

Sunan Kudus merupakan murid Sunan Kalijaga, yang juga meniru pendekatan dakwahnya, yakni sangat toleran terhadap budaya setempat.

Karena itu, Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga, yang terbilang satu aliran dalam berdakwah, dikenal sebagai Wali Songo golongan abangan.

Abangan digunakan untuk menyebut umat Islam yang masih mempraktikkan tradisi nenek moyang atau Hindu-Buddha.

Bagaimana cara Sunan Kudus berdakwah?

Baca juga: Metode Dakwah Sunan Kalijaga

Metode dakwah Sunan Kudus

Sunan Kudus melakukan dakwah Islam di Jawa pada saat mayoritas masyarakatnya merupakan pemeluk Hindu dan Buddha, bahkan tidak sedikit yang masih kuat ikatannya terhadap budaya nenek moyang.

Oleh karena itu, Sunan Kudus mengutamakan toleransi sebagai caranya mendekati masyarakat Kudus.

Berikut ini beberapa metode dakwah Sunan Kudus.

Baca juga: Metode Dakwah Sunan Gresik

Berdakwah dengan kontak budaya

Seperti Sunan Kalijaga, dalam berdakwah Sunan Kudus memilih untuk mengapresiasi budaya setempat.

Salah satu cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu-Buddha, yang terlihat pada arsitektur Masjid Kudus.

Masjid Menara Kudus merupakan salah satu peninggalan Sunan Kudus yang paling terkenal, yang bentuk menaranya seperti candi Hindu dan beberapa bagian masjidnya menunjukkan adanya pengaruh Buddha.

Pengaruh Buddha misalnya pada bentuk padasan atau pancuran untuk berwudhu, yang dibuat dengan memasukkan unsur ajaran Buddha.

Dengan begitu, masyarakat sekitar tidak berat untuk datang ke masjid dan akhirnya mendengarkan dakwah Sunan Kudus.

Baca juga: Anggota Wali Songo yang Menyebarkan Islam di Jawa Timur

Sunan Kudus sangat lunak terhadap tradisi, hanya melakukan beberapa penyesuaian dengan memasukkan ajaran Islam tanpa memaksa masyarakat meninggalkan kepercayaan mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com