KOMPAS.com - Zaman logam atau perundagian di Indonesia memiliki perbedaan dengan Eropa.
Laman sumber literatur di Kompas.com edisi 15 April 2020 menyebut ada tiga jenis logam yang mendominasi.
Ketiganya adalah perunggu, tembaga, dan besi.
Baca juga: Zaman Logam: Ciri-ciri dan Hasil Budayanya
Indonesia tidak mengalami zaman tembaga.
Indonesia dan Asia Tenggara mengalami zaman perunggu dan besi dalam bentuk mata pedang, cangkul, mata pisau, dan sebagainya.
Sementara, peradaban Eropa mengalami zaman logam dengan penanda eksistensi tembaga, perunggu, dan besi.
Pengolahan logam dalam penelusuran sejarah ada sekitar 6.000 SM.
Logam
Tercatat warisan logam, dalam hal ini pengolahan dan penggunaan, meliputi tujuh logam purbakala.
Ketujuh logam purbakala itu adalah emas, tembaga, perak, timbal, timah, besi, dan air raksa.
Air raksa adalah logam dalam bentuk cair.
Syarat pengolahan logam yang hingga kini menjadi warisan dan terus dilaksanakan adalah penggunaan energi dalam skala besar.
Peleburan bijih besi, emas, perak, tembaga, dan sebagainya mesti melewati suhu tinggi, semisal 3.500 derajat Ceicius.
Di masa kini, pengolahan logam juga mendapat tantangan dari komitmen netral iklim, sebagaimana catatan terkini Friedrich-Georg Kehrer, Direktur Portofolio Global Messe Düsseldorf. .
Negara-negara di dunia sudah sepakat mengenai Perjanjian Iklim Paris 2015.
Target bernama netral iklim ini memiliki sasaran hemat energi yaitu emisi karbon nol persen pada 2050.
Faktanya, kemudian, produsen logam semisal baja dan aluminium menyumbang sekitar 8 persen dari emisi CO2 global.
Kenyataan ini merupakan dilema bagi industri logam karena industri logam menjadi bagian sekaligus solusi pengurangan emisi karbon.
Selanjutnya, ke depan, pada pameran GMTN 2023 di Düsseldorf, Jerman, 12-16 Juni 2023, inovasi tentang penghematan energi pada pengolahan logam akan bersandar pada teknologi hidrogen, substitusi karbon, sampai dengan pemanfaatan kecerdasan buatan atau AI.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.