Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Singkat Arsitektur di Indonesia

Kompas.com - 17/06/2022, 09:00 WIB
Nur Alifi Wijayanti ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada masa kolonial, arsitektur di Indonesia didominasi dengan karya arsitek dari Belanda.

Masa kolonial telah menciptakan gambaran baru pada peta arsitektur Indonesia.

Gaya arsitektur tradisional dengan kesan etnik yang sebelumnya ada di Indonesia, mulai tergeser seiring datangnya bangsa penjajah yang juga membawa pengaruh di bidang arsitektur.

Bentuk arsitektur asli Indonesia kembali muncul dengan lahirnya institusi arsitektur pada era setelah kemerdekaan.

Sejak saat itu hingga sekarang, arsitektur berkembang melalui praktik arsitektur pada bangunan kontemporer Indonesia dan juga proses akademik di sekolah.

Baca juga: Siapakah Arsitek Candi Borobudur?

Sekolah arsitektur pertama

Pada masa penjajahan Belanda, ilmu arsitektur diajarkan sebagai bagian dari pendidikan insinyur sipil.

Disiplin ilmu arsitektur baru berdiri sendiri sejak adanya sekolah arsitektur pertama di Bandung Technische Hoogeschool atau Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Oktober 1950.

Sekolah arsitektur tersebut awalnya hanya mempunyai 20 mahasiswa dan tiga pengajar berkebangsaan Belanda.

Para pengajar saat itu meniru sistem pendidikan dari tempat asal mereka, yaitu Universitas Teknologi Delft di Belanda.

Saat itu, pendidikan arsitektur di ITB mempelajari penguasaan keahlian merancang bangunan dengan acuan yang terbatas, yaitu iklim, fungsi, bahan bangunan, dan konstruksi.

Baca juga: Gaya Arsitektur Bangunan Masjid di Indonesia

Perpaduan dengan arsitektur modern

Pada 1955, di tengah sengketa Irian Barat, semua pengajar dari Belanda dipulangkan ke negaranya. Namun, VR van Romondt bersikeras untuk tetap tinggal di Indonesia.

Romondt menjadi pemimpin dari sekolah arsitektur di Indonesia hingga 1962.

Villa Isola di Bandung merupakan karya arsitek berkebangsaan Belanda, Charles Prosper Wolff Schoemaker.Wikimedia Commons/Tropenmuseum Villa Isola di Bandung merupakan karya arsitek berkebangsaan Belanda, Charles Prosper Wolff Schoemaker.
Di bawah bimbingannya, pendidikan arsitektur di Indonesia secara bertahap diperkaya dengan memberikan aspek estetika arsitektur Barat.

Perbedaan konsep arsitektur Barat dengan Indonesia terletak pada korelasi antara bangunan dengan manusianya.

Arsitektur Barat adalah suatu totalitas konstruksi, sementara di Indonesia lebih bersifat subyektif yang lebih melihat bangunan dari penampilan luarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com