KOMPAS.com - Museum Sandi adalah satu-satunya museum kriptologi di Indonesia yang lokasinya berada di Yogyakarta.
Museum ini dibangun atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono X bersama Kepala Lembaga Sandi Negara, Mayejen TNI Nachrowi Ramli.
Tujuan didirikannya Museum Sandi adalah agar tercipta pusat informasi tepercaya tentang persandian dan mewujudkan budaya keamanan siber.
Berikut ini sejarah singkat Museum Sandi.
Baca juga: Museum Perumusan Naskah Proklamasi: Sejarah, Perkembangan, dan Isinya
Latar belakang berdirinya Museum Sandi bermula dari keinginan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X, untuk menempatkan koleksi persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta.
Ternyata harapan itu disambut baik oleh Kepala Lembaga Sandi Negara, Mayejen TNI Nachrowi Ramli.
Setelah itu, dibentuk tim pengisian Museum Sandi, yang mulai bekerja pada pertengahan 2005.
Museum Sandi dapat diresmikan pada 2006 dan akhirnya dibuka untuk umum mulai 29 Juli 2008.
Pada saat itu, Museum Sandi masih berada di lantai dasar Museum Perjuangan Yogyakarta.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, pada 2014, Museum Sandi dipindahkan ke gedung yang beralamat di Jalan Faridan M Noto Nomor 21, Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta.
Dulunya, bangunan cagar budaya berarsitektur Belanda itu digunakan sebagai gedung Kementerian Luar Negeri.
Baca juga: Sejarah Museum Nasional Indonesia
Tujuan didirikannya Museum Sandi adalah untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang sejarah persandian, melestarikan nilai-nilai sejarah persandian sebagai bagian perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan sebagai media penanaman nilai patriotisme kepada generasi penerus.
Selain itu, keberadaan museum ini juga ditujukan untuk memberi edukasi keamanan informasi kepada masyarakat.
Sebagai Kepala Museum Sandi pertama adalah Setyo Budi Prabowo, yang merupakan tokoh permuseuman Indonesia.
Koleksi yang dipamerkan di Museum Sandi merupakan koleksi pilihan yang langka, unik, dan memiliki nilai sejarah atau kisah tersendiri.