KOMPAS.com - Indonesia menjadi salah satu wilayah yang mendapat pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha sejak sekitar abad ke-4 atau ke-5.
Salah satu buktinya adalah adanya kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia pada awal Masehi, seperti Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Kuno, dan Sriwijaya.
Ada banyak teori yang menjelaskan terkait masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia, salah satunya adalah Teori Ksatria.
Masuknya agama Hindu disebarkan oleh para prajurit India yang kalah perang merupakan salah satu isi Teori Ksatria.
Berikut ini penjelasan mengenai Teori Ksatria berikut kelebihan dan kelemahannya.
Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Teori Brahmana
Teori Ksatria dicetuskan oleh ilmuwan bernama Cornelis Christian Berg atau C.C. Berg.
Menurutnya, agama Hindu di Indonesia disebarkan oleh golongan ksatria atau golongan prajurit yang dulunya memegang kekuasaan di wilayah India.
Di dalam agama Hindu, ksatria merupakan kasta kedua yang kedudukannya di bawah kasta Brahmana.
Menurut para ahli, persebaran Hindu di Indonesia terjadi akibat pergolakan politik yang terjadi di India yang menyebabkan runtuhnya kerajaan-kerajaan di India.
Penguasa yang kalah kemudian melarikan diri ke berbagai wilayah, salah satu tujuan pelariannya adalah Indonesia.
Baca juga: Kelebihan dan Kelemahan Teori Waisya
Begitu tiba di Indonesia, golongan ksatria mendirikan sebuah komunitas kecil yang kemudian berkembang menjadi kerajaan atau pemerintahan baru.
Dari situlah, mereka kemudian menyebarkan pengaruh dan budaya Hindu kepada masyarakat setempat.
Teori Ksatria didukung oleh para ahli, yang menjelaskan bahwa pada sekitar abad ke-4 hingga abad ke-5, banyak para ksatria yang melarikan diri karena pergolakan politik di India.
Para ksatria yang melarikan diri kemudian mendiami wilayah Indonesia, mendirikan perkumpulan atau komunitasnya sendiri hingga berkembang menjadi sebuah kerajaan.
Baca juga: Kelebihan dan Kelemahan Teori Mekkah
Di samping itu, ada beberapa poin yang menjelaskan terkait kelebihan dari Teori Ksatria.