KOMPAS.com - Pada zaman modern seperti sekarang ini, pengiriman surat komunikasi sudah sangat jarang dilakukan, sehingga penggunaan prangko juga sudah sangat berkurang.
Padahal, pada tahun 1800-an, prangko menjadi salah satu atribut penting yang harus ditempelkan pada amplop untuk mengirim surat.
Prangko menjadi bukti bahwa sudah dilakukan pembayaran sebelum mengirimkan surat.
Pada 6 Mei 1840, diterbitkan prangko pertama di dunia bernama The Penny Black, siapakah penggagasnya?
Baca juga: Stamp Act, Pajak Perangko untuk Menutupi Kerugian Perang Inggris
Awal mula prangko bisa ada merupakan ide dari seorang guru di Inggris bernama Rowland Hill.
Ketika itu, Rowland Hill merasa bahwa sistem pembayaran terkait surat-menyurat di Inggris perlu diubah.
Hal itu terjadi, karena pada abad ke-12, Raja Henry I dari Inggris masih mengirim suratnya melalui ajudannya dan turun-temurun terus seperti itu.
Kemudian, tahun 1516, Raja Henry VIII secara resmi mendirikan Royal Mail untuk melayani orang-orang yang hendak mengirim surat.
Akan tetapi, saat itu pelayanan Royal Mail masih sangat dibatasi, hanya untuk ranah kerajaan.
Barulah pada 1653, Charles I membuat pelayanan untuk umum.
Ketika itu, ongkos pengiriman masih ditanggung oleh penerima. Apabila penerima menolak, maka Royal Mail berhak melakukan apa saja pada barang tersebut.
Seiring berkembangnya zaman, pengiriman surat sudah tidak lagi lewat kurir, melainkan kereta api sehingga jauh lebih cepat.
Bermula dari situ, Rowland Hill memiliki ide untuk mengubah sistem pembayaran dengan membayar ongkos pengiriman di awal, agar pos tidak menanggung kerugian jika ada penerima yang menolak.
Selain itu, Rowland Hill juga mengusulkan adanya bukti pembayaran cetak pada kertas dan ditempelkan pada surat yang dikirim.
Inilah cikal bakal munculnya prangko.