KOMPAS.com- Front Demokrasi Rakyat atau FDR adalah front persatuan partai-partai dan organisasi sayap kiri (komunis) yang didirikan pada Februari 1948.
Pendiri dari Front Demokrasi Rakyat adalah Amir Sjarifuddin setelah ia tidak lagi menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia.
Partai-partai yang tergabung dalam FDR yakni:
Baca juga: PKI dan Perjuangan Pergerakan Nasional
Terbentuknya Front Demokrasi Rakyat atau FDR berawal dari jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin pada 29 Januari 1948.
Jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin ini diakibatkan oleh penandatangan Perjanjian Renville yang memberi dampak rugi bagi Republik Indonesia.
Setelah Amir Sjarifuddin tidak lagi menjabat sebagai Perdana Menteri, ia membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada Februari 1948.
FDR kemudian bekerja sama dengan beberapa organisasi berpaham kiri (komunis) seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), dan sebagainya.
Kemudian, Amir Sjarifuddin yang saat itu memiliki kedekatan dengan pemimpin PKI, Muso, berniat untuk menyebarkan ajaran komunisme di Indonesia.
Selain itu, dibentuknya FDR juga didasari oleh rasa kecewa terhadap Perdana Menteri selanjutnya, Mohammad Hatta, dalam Kabinet Hatta.
Kabinet Hatta memiliki program RERA (Rekonstruksi dan Rasionalisasi) untuk mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan penghematan biaya.
Program RERA dianggap dapat merugikan FDR karena akan mengurangi pengaruh komunis dari para tentara aliran sayap kiri akibat diberhentikan oleh Mohammad Hatta.
Akhirnya banyak angkatan perang yang mau bergabung dengan FDR karena visi dan misi FDR lebih jelas daripada Kabinet Hatta.
Baca juga: Kabinet Hatta I: Penetapan, Susunan, Kebijakan, dan Upaya Penggulingan
Tujuan Amir Sjarifuddin membentuk FDR yakni:
Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dipimpin Amir Sjarifuddin mulai melakukan kegiatan poliitk pada 5 Juli 1948.
Para kaum buruh yang dipengaruhi oleh FDR melakukan pemogokan di pabrik karung Delanggu (Klaten).