Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Dimensi Budaya Hofstede

Kompas.com - 03/12/2023, 04:00 WIB
Arfianti Wijaya,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Dimensi budaya yang dikembangkan oleh Geert Hofstede adalah hasil dari penelitian yang ia lakukan pada sekitar tahun 1960 dan 1970 ketika bekerja di perusahaan multinasional IBM (International Business Machines).

Dengan memahami dimensi budaya, kita dapat lebih mengenali perbedaan budaya yang terdapat di antara individu atau kelompok dari berbagai negara atau budaya.

Kita juga dapat menyadari perbedaan dalam nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang muncul dalam komunikasi antarbudaya.

Dengan begitu, kita akan bisa mengantisipasi perbedaan dalam pola komunikasi dan dapat menghindari stereotip atau kesalahan interpretasi yang timbul akibat kurangnya pemahaman mengenai budaya lain.

Lima dimensi budaya menurut Hofstede, sebagai berikut:

Dimensi individualisme-kolektivisme

Dimensi ini merujuk pada sejauh mana individu dalam sebuah budaya cenderung mengutamakan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok.

Dalam budaya yang berorientasi pada keindividualisan, diri menjadi unit sentral dari masyarakat. Hak individual dan kemampuan diri meraih sesuatu menjadi hal yang penting.

Sebaliknya, pada budaya yang berorientasi pada kolektivis, kelompok adalah unit sentral dari masyarakat dan hal tersebut mengikat tujuan, keperluan, dan nasib individu.

Dengan begitu, tugas dan kewajiban pada kelompok, saling ketergantungan antarindividu dalam kelompok, dan pemenuhan peran sosial menjadi hal yang penting dalam budaya yang berorientasi pada kolektivis.

Negara dengan budaya individualis adalah Amerika Serikat, Belanda, Australia, Inggris, dan Selandia Baru. Sementara itu, negara dengan budaya kolektivis antara lain Indonesia, Jepang, China, Korea Selatan, dan Malaysia.

Baca juga: Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya

Dimensi jarak kekuasaan

Dimensi jarak kekuasaan mencerminkan tingkat penerimaan atau penolakan terhadap ketidaksetaraan kekuasaan dalam masyarakat.

Jarak kekuasaan adalah tingkat di mana pihak yang kurang kekuasaannya pada organisasi atau institusi dalam suatu negara menerima bahwa kekuasaan tidak didistribusikan secara sama.

Budaya dengan jarak kekuasaan tinggi mempunyai hierarki yang kuat, menghormati otoritas, dan menerima perbedaan status yang besar.

Sebaliknya, budaya dengan jarak kekuasaan rendah cenderung lebih mereduksi perbedaan kekuasaan, menekankan partisipasi yang demokratis, dan mendorong kesetaraan.

Negara dengan jarak kekuasaan tinggi adalah Meksiko, Arab Saudi, India, Malaysia, dan Filipina. Sementara itu, negara dengan jarak kekuasaan rendah adalah Finlandia, Belanda, Denmark, Swedia, dan Norwegia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com