Oleh: Rina Kastori, Guru Guru SMP Negeri 7 Muaro Jambi, Provinsi Jambi
KOMPAS.com - Di masa perdagangan kuno, wilayah pesisir Sumatera dan Jawa menjadi pusat perdagangan yang cukup besar.
Banyak pedagang yang singgah, baik dalam maupun luar negeri. Hal ini karena Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera.
Hal tersebut juga yang menyebabkan Indonesia menjadi daerah yang dilewati jalur perdagangan dan pelayaran internasional.
Adanya perdagangan internasional yang terjadi di Indonesia, muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia. Lima teori proses masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia tersebut, yaitu:
Baca juga: 7 Unsur yang Memengaruhi Percampuran Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Berikut penjelasannya:
Dilansir dari buku Sejarah Politik dan Kekuasaan (2019) oleh Tappil Rambe dan teman-teman, menuliskan bahwa hipotesis ini dikemukakan oleh N.J Krom yang menyebutkan proses masuknya kebudayaan Hindu melalui hubungan dagang antara India dan Indonesia.
Kaum pedagang (Waisya) India yang berdagang di Indonesia mengikuti angin musim. Jika angin musim tidak memungkinkan mereka untuk kembali, dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia.
Selama para pedagang India tersebut menetap di Indonesia, mereka memanfaatkannya dengan menyebarkan agama Hindu-Buddha.
Teori ini diungkapkan oleh Jc. Van Leur yang mengatakan kebudayaan Hindu-Buddha India menyebar melalui golongan Brahmana.
Pendapatnya itu didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
Golongan Brahmana dikenal menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, sehingga jelas bahwa ada peran Brahmana dalam masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia.
Ada tiga pendapat mengenai proses penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu:
C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia.
Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai.