Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivitas Ekonomi Masyarakat Tionghoa di Surakarta Awal Abad 20

Kompas.com - 22/02/2021, 15:45 WIB
Ari Welianto

Penulis

KOMPAS.com - Kedatangan orang-orang Tionghoa ke Indonesia salah satunya ke Surakarta dilakukan secara bertahap migrasi.

Kedatangan orang-orang Tionghoa ke berbagai daerah di Indonesia salah satu di Surakarta dilakukan dengan cara berlayar dari Provinsi Fujian ke berbagai tujuan termasuk ke Jawa.

Mereka datang dan menunjukkan peran dalam kehidupan sosial di Surakarya telah berlangsung jauh sebelum Surakarta menjadi ibu kota kerajaan.

Menurut berbagai kajian orang-orang Tionghoa sudah ada sejak terjadinya konflik internal keraton. Di mana mereka melakukan pemberontakan kepada Paku Buwono II dan VOC di bawah pimpinan Raden Mas Garendi.

Peristiwa pemberontakan tersebut atau disebut geger pecinan terjadi pada 1742.

Setelah pemberontakan berakhir membuat orang-orang Tionghoa diperbolehkan tinggal.

Baca juga: 10 Komoditas Unggulan Indonesia

Keterlibatan Tionghoa dalam industri dan perdagangan membuat komunitas mereka bertambah sehingga diperlukan pemukiman baru salah satunya adalah Balong.

"Pemukiman awal orang-orang Tionghoa di Surakarta ada di sebelah timur Pasar Gede, yaitu Kampung Balong" ujar Riyadi, Dosen Sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dalam diskusi Aktivitas Ekonomi Masyarakat Tionghoa Surakarta Awal Abad ke-20.

Mereka yang tinggal di Kampung Balong adalah orang-orang Tionghoa kelas menengah dan bawah. Untuk orang-orang Tionghoa kelas atas tinggal di pemukiman Coyudan.

Aktivitas ekonomi masyarakat Tionghoa di Balong sebagai, buruh industri, pedagang kelontong, dan industri batik, hal ini berbeda dari masa kolonial yang juga mengusahakan mindering dan pemborong pajak. Untuk masyarakat Tionghoa di Coyudan banyak membuka toko.

Kehidupan sosial komunitas masyarakat Tionghoa sepanjang abad ke-20 telah mengalami banyak perubahan terutama dalam upacara-upacara adat, nama, agama, kesenian, perkawinan, kematian, dan mentalitas.

Baca juga: Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari 1816 hingga 1875

Perubahan tersebut disebabkan adanya perkawinan campur dengan Jawa, dan penerimaan kebijakan asimilasi masa Orde Baru.

Serangkaian perubahan tersebut menunjukkan proses transformasi orang Tionghoa “menjadi Jawa”.

Nama Balong menurut Riyadi, ada dua versi penamaan tersebut. Pertama, dari kata balung, karena tidak jauh dari Balong terdapat kawasan yang dipakai untuk membuang balung.

Kemudian dari Jawa, Balong berati mata air.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa Tujuan Manusia Melestarikan Tumbuhan?

Apa Tujuan Manusia Melestarikan Tumbuhan?

Skola
Apa Itu Kalimat dan Bagaimana Contohnya?

Apa Itu Kalimat dan Bagaimana Contohnya?

Skola
Lembaga Legislatif: Pengertian dan Fungsinya

Lembaga Legislatif: Pengertian dan Fungsinya

Skola
Siapa Itu Parikesit?

Siapa Itu Parikesit?

Skola
Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Skola
Mengenal Tokoh Rahwana

Mengenal Tokoh Rahwana

Skola
Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Skola
Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Skola
Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Skola
Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Skola
Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Skola
Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Skola
Ratu, Negara, lan Patihe dalam Pewayangan

Ratu, Negara, lan Patihe dalam Pewayangan

Skola
Peran Siswa dalam Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan

Peran Siswa dalam Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan

Skola
Hubungan Antargatra

Hubungan Antargatra

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com