KOMPAS.com - Sidang Dewan Keamanan PBB berlangsung pada 14 Agustus 1947 di Lake Success, New York, Amerika Serikat.
Sidang ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menengahi konflik bersenjata antara Indonesia dan Belanda terkait Agresi Militer Belanda I.
Latar belakang penyelenggaraan Sidang Dewan Keamanan PBB tahun 1947 disebabkan oleh keputusan Belanda untuk melakukan Agresi Militer Belanda I terhadap Indonesia.
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200 – 2004 (2005) karya M.C Ricklefs, pada 20 Juli 1947, Belanda sengaja melanggar perjanjian Linggarjati dengan melakukan Agresi Militer Belanda I.
Keputusan Belanda untuk melakukan agresi militer mendapat kecaman dari dunia Internasional. Australia, India, dan Suriah berinisiatif untuk melaporkan peristiwa Agresi Militer Belanda I kepada Dewan Keamanan PBB.
Baca juga: Peran Diplomasi Soemitro Djojohadikusumo
Setelah menerima laporan resmi dari Australia, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan sebuah resolusi untuk menengahi konflik bersenjata antara Indonesia dan Belanda. Isi revolusi PBB tanggal 1 Agustus 1947, yaitu:
Pada 4 Agustus 1947, Belanda dan Indonesia bersedia untuk mengadakan gencatan senjata dan melakukan perundingan pada Sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Success, New York.
Dalam buku Sutan Sjahrir: Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang Mendahului Zamannya (2011) karya Rosihan Anwar, tim delegasi Indonesia dalam forum Sidang Dewan Keamanan PBB terdiri dari Sutan Sjahrir, Agus Salim, L.N Palar dan Soemitro Djojohadikusumo.
Tim delegasi Indonesia memiliki tugas utama untuk menghimpun dukungan dan pengakuan dari negara-negara anggota PBB terkait perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Diplomasi L.N Palar Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 14 Agustus 1947, Sutan Sjahrir dan Agus Salim diberi kesempatan untuk berpidato dihadapan forum Sidang Dewan Keamanan PBB.
Dalam pidatonya, Sutan Sjahrir mengungkapkan tentang sejarah kebesaran bangsa Indonesia dari masa kerajaan hingga kolonialisme.
Selain itu, ia juga berhasil menyangkal tuduhan Belanda yang menyatakan bahwa pemerintahan Indonesia merupakan pemerintahan ilegal buatan Jepang.
Sutan Sjahrir dan tim delegasi Indonesia juga mengungkapkan data dan fakta terkait peristiwa Agresi Militer Belanda 1 untuk memojokan posisi Belanda dalam proses persidangan.
Pada perkembangannya, kegigihan Sutan Sjahrir dan tim delegasi Indonesia mampu menarik perhatian dari negara-negara anggota PBB untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Diplomasi Agus Salim dalam Memperjuangkan Kemerdekaan RI
Dalam buku Dua Puluh Lima Tahun Departemen Luar Negeri Indonesia 1945-1970 (1971) karya Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Success resmi berakhir dengan pembuatan dua buah keputusan, yakni: