KOMPAS.com - Bom atom yang dijatuhkan pasukan Sekutu di Kota Hiroshima dan Nagasaki mampu melumpuhkan pemerintahan Jepang.
Dampaknya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.
Kekalahan Jepang pada Sekutu diumumkan langsung oleh Kaisar Jepang Hirohito yang tampil di radio nasional.
Dalam buku Kaigun, Angkatan Laut Jepang, Penentu Krisis Proklamasi (2007) karya Surhartono W. Pranoto, suara Kaisar Jepang disiarkan siang hari pada 15 Agustus 1945.
Ini memberi bukti adanya himpitan dan kesulitan oleh kegaduhan karena perubahan baru, tapi apa yang dikatakan kaisar dapat dimengerti.
Berita kekalahan Jepang sampai ke telinga para pemuda Indoesia meski sempat dirahasiakan oleh pasukan Jepang.
Baca juga: Mengapa Jepang Membebaskan Soekarno dari Penjara?
Mereka pun Mendesak segera di proklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Kemudian para pemuda menggelar pertemuan agar kemerdekaan Indonesia segera di proklamasikan.
Menyerahnya Jepang tanpa syarat tidak lepas dari hancurnya Kota Hiroshima dan Nagasaki setelah dijatuhi bom atom oleh Sekutu.
Hiroshima dijatuhi bom atom pada 6 Agustus 1945, sedangkan Nagasaki 9 Agustus 1945.
Kondisi tersebut menghancurkan bangunan dan menewaskan puluhan jiwa rakyat Jepang.
Kematian dan penyakit akibat radiasi terus meningkat selama beberapa dekade berikutnya. Dua kota yang di bom tersebut merupakan penyangga ekonomi Jepang.
Sebelum bom atom dijatuhkan, Jepang sudah diperingatkan untuk menyerah tanpa syarat.
Baca juga: Latar Belakang Jepang Membentuk BPUPKI
Dalam buku Kesadaran Nasional: Dari kolonialisme sampai Kemerdekaan Jilid II (2008) karya Slamet Muljana, pada 26 Juli 1945 dalam pertemuan di Potsdam, sekutu berseru kepada pemerintah Jepang agar menyerah tanyap syarat dan mengembalikan semua daerah pendudukannya.
Ditambahkan Jepang segera diduduki tentara sekutu yang akan membentuk pemerintah militer.
Namun, seruan tersebut tidak dihiraukan. Demi penyelamatan jiwa yang akan menjadi korban perang, sekutu berniat menghentikan perang di Asia Timur Raya.