Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/05/2024, 14:00 WIB
Fadila Rosyada Hariri,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bahasa adalah salah satu fitur paling khas dari manusia. Kemampuan untuk berkomunikasi melalui bahasa membedakan kita dari spesies lain di planet ini.

Namun, pertanyaan yang mendasar tetap: bagaimana bahasa sebenarnya berkembang?

Baca juga: Apakah Penjelajah Luar Angkasa Bakal Mengembangkan Aksen Bahasa Baru?

Meskipun bahasa didefinisikan oleh aturan, mereka sama sekali tidak statis, dan berevolusi dari waktu ke waktu, dikutip dari National Geographic. 

Beberapa bahasa sangat tua dan mengalami sedikit perubahan seiring waktu, seperti bahasa Islandia modern, yang sangat mirip dengan bahasa induknya, Bahasa Norse Kuno. Bahasa lain berevolusi dengan cepat dengan menggabungkan unsur-unsur dari bahasa lain.

Dikutip dari How Stuff Works, dalam makalah berjudul "Natural Language and Natural Selection," peneliti Steven Pinker dan Paul Bloom meneliti bahwa serangkaian panggilan atau gestur berevolusi dari waktu ke waktu menjadi kombinasi, memberikan kita komunikasi kompleks, atau bahasa.

Baca juga: Toki Pona, Bahasa Unik yang Hanya Punya 120 Kata

Ketika hal-hal menjadi lebih rumit di sekitar mereka, manusia membutuhkan sistem yang lebih kompleks untuk menyampaikan informasi satu sama lain.

Bayangkan seperti ini: Manusia prasejarah melihat sekelompok rusa yang ingin mereka buru. Dia mengeluarkan suara desis kepada rekan berburu yang berarti "rusa ada di dekat sini."

Suatu hari, badai datang dan pemburu menyadari bahwa petir membuat rusa ketakutan. Akibatnya, pemburu kelaparan sampai badai berlalu.

Seiring waktu, pemburu yang sama juga belajar untuk mengenali tanda-tanda peringatan cuaca buruk - langit yang gelap dan angin yang meningkat.

Manusia prasejarah menyadari bahwa ketika langit gelap dan angin berputar, dia perlu memberi tahu rekan berburu untuk mempercepat pengejaran rusa.

Baca juga: Ahli Temukan Bahasa Kuno yang Belum Pernah Teridentifikasi di Turkiye

Oleh karena itu, dia membuat serangkaian suara yang merujuk baik pada rusa maupun cuaca buruk. Serangkaian suara itu adalah awal dari adaptasi evolusi yang akhirnya menjadi bahasa.

Teori lainnya, yang diajukan oleh ahli linguistik Noam Chomsky dan ahli biologi evolusi Stephen Jay Gould, adalah bahwa bahasa berevolusi sebagai hasil dari proses evolusi lainnya, pada dasarnya membuatnya menjadi hasil samping dari evolusi dan bukan adaptasi khusus.

Ide bahwa bahasa adalah spandrel, sebuah istilah yang diciptakan oleh Gould, menentang seleksi alam. 

Ini adalah ide bahwa sebuah spesies menggunakan adaptasi untuk tujuan lain selain yang awalnya dimaksudkan.

Chomsky dan Gould menghipotesiskan bahwa bahasa mungkin berevolusi hanya karena struktur fisik otak berkembang, atau karena struktur kognitif yang digunakan untuk hal-hal seperti pembuatan alat atau pembelajaran aturan juga berguna untuk komunikasi kompleks. 

Baca juga: Apakah Penjelajah Luar Angkasa Bakal Mengembangkan Aksen Bahasa Baru?

Artikel ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberi tahu kami ke redaksikcm@kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com