Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/04/2024, 14:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Perubahan iklim yang menjadi penyebab pemanasan laut ternyata membawa imbas bagi gurita.

Sebuah studi mengungkapkan, pemanasan laut itu dapat mengganggu penglihatan hewan laut tersebut sehingga berdampak pada kelangsungan spesies gurita.

Baca juga: Pemanasan Laut 2019 Setara dengan 5 Bom Atom Per Detik

"Kami menemukan beberapa protein penting untuk penglihatan yang dipengaruhi oleh tekanan termal," kata Qiaz Hua dari University of Adelaide's School of Biological Sciences.

Dikutip dari Phys, Minggu (7/4/2024), salah satu protein itu adalah protein struktural yang ditemukan dalam jumlah besar pada lensa mata hewan untuk menjaga transparansi lensa dan kejernihan optik, dan yang lainnya bertanggung jawab untuk regenerasi pigmen visual di fotoreseptor mata.

"Tingkat kedua protein ini berkurang secara signifikan dalam kondisi pemanasan laut yang diperkirakan, yang menunjukkan bahwa penglihatan gurita kemungkinan besar akan terganggu akibat tekanan termal," terang Qiaz Hua.

Gurita adalah hewan yang sangat visual, dengan 70 persen otak gurita dikhususkan untuk penglihatan.

Fungsi utama penglihatan tidak terbatas pada ketajaman visual, diskriminasi kecerahan, persepsi kedalaman, deteksi gerakan, dan polarisasi, tetapi fungsi penting untuk mendeteksi predator dan mangsa serta berkomunikasi.

“Memiliki gangguan penglihatan akan mempengaruhi peluang gurita untuk bertahan hidup di alam liar melalui peningkatan risiko predator serta penurunan keberhasilan mencari makan,” ungkap Qiaz Hua.

Untuk membuat temuan ini, peneliti memaparkan embrio gurita pada suhu yang berbeda, dengan kontrol paparan 19 derajat Celcius, 22 derajat Celcius untuk memodelkan suhu musim panas saat ini, dan 25 derajat Celcius untuk memodelkan perkiraan suhu musim panas.

Baca juga: Ilmuwan Amati Lengan Gurita yang Bisa Ambil Keputusan Sendiri Tanpa Otak

“Suhu yang diproyeksikan di masa depan didasarkan pada proyeksi peningkatan pemanasan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change sebesar sekitar 3 derajat C pada tahun 2100," papar Hua.

Selain gangguan penglihatan, peneliti menemukan peningkatan suhu air laut akan berdampak negatif pada induk gurita.

Peneliti menyebut tingkat kematian tinggi dapat terjadi dalam kondisi pemanasan di masa depan.

“Studi kami menunjukkan bahwa bahkan takson yang sangat mudah beradaptasi seperti gurita, mereka mungkin tidak mampu bertahan dalam perubahan lautan di masa depan,” kata Hua.

Efek lain dari suhu yang lebih tinggi yang telah diamati pada gurita termasuk tingkat metabolisme yang lebih tinggi, berkurangnya ukuran saat dewasa, dan bahkan perubahan kisaran distribusi beberapa spesies.

Peneliti pun berharap supaya studi di masa depan dapat mempelajari faktor stres lingkungan termasuk pengasaman laut, pemanasan dan deoksigenasi.

Termasuk apakah stres lingkungan tersebut bisa diturunkan dari generasi selanjutnya yang akan membantu para peneliti untuk memahami dampaknya terhadap kelangsungan spesies.

Baca juga: Bagaimana Gurita Antartika Bertahan di Lautan Terdingin Tanpa Membeku?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com