Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Platipus Berburu Mangsa dengan Mata dan Telinga Tertutup?

Kompas.com - 11/04/2024, 12:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Platipus adalah hewan yang unik. Jika mamalia lain melahirkan anak, platipus justru bertelur.

Belum lagi hewan yang hidup di darat dan air ini punya penampakannya yang seperti bebek, berang-berang, dan kadal hibrida.

Baca juga: Fakta-fakta Platipus, Mamalia Unik yang Bertelur

Tapi bukan hanya itu saja yang menarik. Saat mereka berburu di air, platipus justru menutup mata dan telinga mereka.

Pertanyaanya, lantas bagaimana mereka bisa berburu dengan kondisi tersebut?

Berburu dengan mata dan telinga tertutup

Mengutip Science ABC, kepala platipus ramping dan telinga mereka tidak memiliki pinna luar (lobus luar telinga). Sebaliknya, setiap telinga memiliki lekuk berotot.

Saat menyelam, sisi lekuk ini akan menutup, menyebabkan indera penciuman, pengelihatan, dan pendengaran sama sekali tidak berguna.

Tapi moncongnya tetap menonjol dan menyerupai paruh bebek. Moncong hanya jaringan gusi keratin yang telah mengeras dan dibentuk menjadi pelat yang melapisinya.

Platipus tidak memiliki gigi. Hewan ini juga memiliki dua lubang hidung kecil di ujung moncongnya, yang tertutup rapat di bawah air.

Jadi bagaimana cara mereka berburu?

Para ilmuwan yang meneliti genetika platipus menemukan gen tertentu yang spesifik pada platipus sehingga membantu mereka berburu dengan mata dan telinga tertutup.

Platipus dapat menahan napas dan tetap berada di dalam air rata-rata selama sekitar 120 detik. Karena platipus tidak dapat melihat di bawah air, mereka mengandalkan moncongnya sebagai “mata”.

Baca juga: Miliki Wajah yang Lucu, Platipus Ternyata Hewan yang Sangat Beracun

Kulit yang menutupi paruh itu agak lunak dan memiliki sekitar 40.000 lubang kecil yang dikenal sebagai elektroreseptor dan mekanoreseptor.

Reseptornya merasakan listrik yang dihasilkan oleh semua bentuk kehidupan, dan itulah yang dilakukan untuk menangkap mangsanya.

Setiap kali terjadi perubahan medan listrik di dalam air, yang terjadi ketika suatu organisme bergerak, reseptor merasakannya, menjadi aktif, dan mengirimkan pesan ke otak melalui saraf sensorik yang terhubung ke reseptor.

Menarik untuk dicatat bahwa area otak yang dipicu oleh reseptor paruh jauh lebih besar dibandingkan area yang diwakili oleh gabungan mata dan telinga.

Paruhnya tidak hanya membantu platipus dalam mendeteksi mangsa di dekatnya, tetapi juga membantu menangkapnya segera setelah mangsanya melakukan kontak dengan tubuh hewan tersebut.

Sayangnya, saat ini habitat platipus banyak yang rusak akibat pembukaan lahan sehingga sumber air tawar menjadi berkurang.

Tanpa perairan tawar mereka tidak dapat berburu dan mencari makan, sehingga keberadaan mahluk ini makin terancam.

Baca juga: Berkeringat Susu, Mengapa Platipus Jadi Mahluk Teraneh di Dunia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com