Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Klaim Mammoth Berbulu Akan Hidup Kembali Tahun 2028

Kompas.com - 09/03/2024, 08:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah pencapaian pertama di dunia diumumkan oleh perusahaan Colossal Biosciences--perusahaan yang bertujuan menghidupkan hewan yang sudah punah.

Dengan menggunakan pendekatan multi-cabang, tim ilmuwan berhasil menciptakan sel induk yang dapat digunakan untuk menghidupkan kembali mammoth berbulu.

Baca juga: Seperti Apa Fakta Baru Mammoth Berbulu?

Artinya, para peneliti selangkah lebih dekat untuk menghidupkan kembali hewan prasejarah yang telah lama punah itu dan mengeklaim momen tersebut akan terjadi pada tahun 2028.

"Sel-sel ini jelas memberikan manfaat besar bagi upaya kita untuk menghidupkan mammoth," kata Eriona Hysolli, kepala ilmu biologi dan pemimpin proyek mammoth di Colossal Biosciences.

Sel induk tersebut, seperti dikutip Live Science, Kamis (7/3/2024), dapat mengungkap proses seluler dan genetik di balik fitur-fitur mammoth, seperti bulu yang lebat, gading melengkung, timbunan lemak, dan tengkorak berbentuk kubah tanpa harus mengambil jaringan dari hewan hidup.

Jika para peneliti berhasil menciptakan embrio mammoth berbulu dengan menggabungkan DNA mammoth purba dengan sel gajah, mereka perlu menanamkan embrio tersebut ke dalam rahim pengganti untuk menyelesaikan masa kehamilan selama 22 bulan.

"Kehamilan gajah sangat panjang dan rumit, sehingga sangat penting untuk memahami aspek perkembangan biologi gajah," papar Hysolli.

Melahirkan bayi mammoth yang sehat akan membutuhkan lebih banyak waktu dan kerja keras.

Baca juga: Gading Ungkap Rute Perjalanan Mammoth Sebelum Mati

Apakah penting menghidupkan mammoth?

Dilansir dari IFL Science, peneliti menyebut upaya yang mereka lakukan bakal punya dampak yang penting bagi lingkungan.

“Kami berharap dapat memberikan dampak positif terhadap ekosistem, yang mungkin 10.000 tahun lalu telah terdegradasi oleh manusia dan berkontribusi terhadap punahnya hampir semua herbivora besar di Kutub Utara, yang menyebabkan peralihan dari rumput ke pohon,” ungkap George Church, ahli genetika Colossal Bioscience.

Church menjelaskan lagi, pohon di Kutub Utara kurang produktif dalam berfotosintesis dan malah memerangkap lebih banyak panas.

Pohon juga memerangkap salju di musim dingin sehingga melindungi tanah supaya tidak membeku dengan cepat.

Jadi jika kita berhasil membawa kembali megafauna di Kutub Utara, lingkungan di sana diharapkan kembali bisa bertransisi menjadi rumput serta lebih kuat dan bermanfaat.

Akan tetapi, langkah untuk mewujudkan semua itu tentu masih panjang. Peneliti masih melakukan pendekatan lain untuk membuat proses lebih cepat dan efisien.

Terobosan terbaru Colossal Bioscience ini telah dipublikasikan di bioRxiv.

Baca juga: Apa Perbedaan Gajah dan Mammoth?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com