Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Botol Sampanye di Kapal Titanic Tidak Meledak?

Kompas.com - 29/01/2024, 18:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Bangkai kapal Titanic, yang ditemukan pada tanggal 1 September 1985, terletak di dasar Samudera Atlantik, 4.000 meter di bawah air, dengan jarak sekitar 740 km dari Newfoundland, Kanada.

RMS Titanic tenggelam di Samudra Atlantik Utara pada 15 April 1912. Kapal terbesar dan termewah di dunia ini merupakan salah satu yang paling maju secara teknologi.

Namun, hanya empat hari dalam pelayaran perdananya, Titanic menabrak gunung es di dekat Newfoundland, Kanada. Tabrakan ini merusak kapal dan kompartemen kedap airnya.

Dengan jumlah sekoci yang terbatas, banyak penumpang yang tidak bisa keluar dari kapal. Hanya beberapa jam setelah tabrakan, Titanic pun tenggelam dengan sekitar 1.500 penumpang di dalamnya. 

Baca juga: Mengapa Tidak Ada yang Menemukan Sisa Manusia di Titanic?

Botol sampanye yang tidak meledak

Salah satu hal unik yang menggelitik rasa penasaran adalah penemuan botol sampanye di dalam Titanic, yang sebagian besarnya tampak utuh.

Lantas, mengapa botol sampanye tersebut tidak meledak dan tetap utuh di dasar laut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu dipahami terlebih dahulu mengapa ledakan terjadi. Ledakan adalah peristiwa ketika suatu benda hancur dengan sendirinya, akibat perbedaan antara tekanan internal dan eksternal. 

Contohnya, ketika tekanan menjadi terlalu besar sehingga lambung kapal selam tidak dapat menahannya, akibatnya adalah ledakan hebat, yang menyamakan tekanan di dalam dan di luar kapal.

Ledakan juga bisa terjadi di permukaan selama tekanan di dalam suatu benda lebih rendah dibandingkan di luar, misalnya dengan mengeluarkan udara di dalam tangki untuk menciptakan ruang hampa. 

Baca juga: Bagaimana Bangkai Kapal Titanic Bisa Ditemukan?

Beberapa bagian dari Titanic memang meledak. Namun, ada juga bagian-bagian yang tidak meledak karena udara telah dilepaskan dari dalam, menyebabkan tekanan di luar dan di dalam menjadi sama.

Terkait botol sampanye yang tidak meledak, ada yang berpendapat bahwa sebagian penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam botol sampanye, yang disebabkan oleh karbon dioksida di dalamnya. 

Tekanan di dalam botol sampanye lebih tinggi dari yang kita bayangkan, mencapai sekitar 6 bar (90 psi), dengan 1 bar berada di sekitar tekanan atmosfer di permukaan laut. 

Sampanye modern bahkan disimpan dalam botol yang mampu bertahan hingga 20 bar (290 psi), dengan pengikat logam sering digunakan untuk menjaga gabus tetap di tempatnya.

Jadi, pada saat botol sampanye dari kapal Titanic mencapai dasar laut, botol tersebut tidak berisiko meledak. Sampanye tua telah ditemukan di kedalaman 50 meter sebelumnya, dalam kondisi tidak pecah dan bahkan masih dapat diminum. 

Baca juga: Di Mana Lokasi Bangkai Kapal Titanic?

Faktanya, saat mulai tenggelam, risiko ledakannya berkurang karena perbedaan tekanan antara bagian dalam dan luar berkurang, hingga kedalaman sekitar 60 meter, di mana tekanannya sekitar 6 bar (90 psi).

Kemudian, perbedaan tekanan akan mulai meningkat secara signifikan. Titanic memiliki kedalaman sekitar 3.800 meter, dengan tekanan sekitar 381 bar (5.532 psi). Kemudian, ada yang berpendapat bahwa "kaca kuat" juga merupakan salah satu penyebabnya. 

Namun, meski demikian, sumbat botol akan tersedot ke dalam botol karena perbedaan tekanan sebelum mencapai kedalaman Titanic.

Petunjuknya, kemungkinan besar, adalah gabus yang rusak di bagian atas botol. Agar sebuah botol dapat bertahan dari ledakan pada kedalaman ini, seperti bagian Titanic yang masih utuh, air harus masuk ke dalamnya untuk menyamakan tekanan di dalam dan di luar botol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com