Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/01/2024, 16:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Saat jatuh cinta, tentu banyak dari kita yang merasa sulit tidur, jantung berdebar-debar, atau bahkan sulit konsentrasi karena ada hal lain yang sedang menyita pikiran.

Menurut ahli saraf Stephanie Cacioppo, PhD, penulis Wired for Love: A Neuroscientist's Journey Through Romance, Loss, and the Essence of Human, cinta adalah kebutuhan biologis, sama seperti olahraga, air, dan makanan.

Oleh sebab itu, Cacioppo mengungkapkan, dari sudut pandang ilmu saraf, bisa dikatakan bahwa cinta berkembang di otak.

Apa yang terjadi di otak saat jatuh cinta?

Cynthia Kubu, profesor neurologi di Cleveland Clinic Lerner College of Medicine of CWRU sekaligus neuropsikolog di Cleveland Clinic mencoba mengungkapkan apa yang terjadi di otak saat seseorang jatuh cinta. Berikut adalah penjelasannya.

Baca juga: Mengapa Otak Butuh Banyak Energi?

1. Hormon mulai terbentuk dan mengaktifkan sistem penghargaan di otak

Tahap awal percintaan kerap dianggap sebagai tahap yang memabukkan, yang ditandai dengan perasaan euforia serta hasrat yang menggebu.

Ini karena tahap awal cinta romantis mengaktifkan sistem penghargaan di otak, seperti halnya kokain.

Pada tahap awal percintaan, hormon penting seperti oksitosin dan vasopresin berinteraksi dengan sistem penghargaan di otak, terutama dopamin, sehingga seseorang merasa “kecanduan” dengan pasangan barunya.

2. Kadar serotonin menurun

Cinta romantis dikaitkan dengan penurunan kadar serotonin, seperti yang terlihat pada gangguan obsesif kompulsif. Mungkin itulah sebabnya seseorang cenderung terobsesi dengan pasangan barunya, yang mungkin berujung pada kecemasan.

3. Merasa seperti kehilangan akal sehat

Tahap awal cinta romantis mengakibatkan berkurangnya aktivitas di wilayah otak yang terkait dengan rasa takut serta wilayah kortikal yang terkait dengan penilaian kritis.

Baca juga: Berapa Lama Otak Bisa Bertahan Tanpa Oksigen?

Perubahan-perubahan ini membuka kemungkinan bagi seseorang untuk menjadi rentan terhadap sosok yang baru. Hal ini dapat mengakibatkan penangguhan penilaian kritis sehingga kelemahan pasangan kita atau potensi tantangan terhadap hubungan tersebut tidak dinilai secara kritis.

4. Merasa seperti telah menyatu dengan orang tersebut

Cinta romantis dikaitkan dengan berkurangnya aktivitas di wilayah otak yang berkaitan dengan Theory of Mind.

Ini adalah kemampuan untuk secara mental mempertimbangkan sudut pandang orang lain, termasuk emosi dan pikirannya, sambil secara bersamaan menjaga perasaan dan pikiran kita sendiri sekaligus mengenali perbedaan antara diri kita dan orang lain. orang.

5. Merasakan manfaat jatuh cinta yang nyata

Setelah enam bulan pertama cinta romantis yang memabukkan, kadar serotonin menjadi normal dan kita dapat dengan jelas melihat kekuatan dan kelemahan pasangan.

Kemudian, terjalinlah hubungan jangka panjang yang dikaitkan dengan berkurangnya stres, penguatan ikatan, dan perasaan aman yang sebagian besar dimediasi oleh efek oksitosin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com