Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/01/2024, 14:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Asal-usul sayap serangga merupakan salah satu misteri evolusi serangga yang belum terpecahkan.

Meski telah dilakukan penelitian selama bertahun-tahun, masih belum sepenuhnya jelas dari struktur tubuh mana sayap serangga sebenarnya berevolusi dan apa fungsi aslinya ketika sayap tersebut belum cukup efisien untuk melakukan penerbangan aktif.

Ada berbagai hipotesis mengenai asal-usul sayap serangga.

Beberapa penelitian menghubungkan asal-usul sayap serangga dengan insang.

Namun, sayap serangga yang muncul karena mereka tinggal di lingkungan terestrial (darat) merupakan hipotesis umum yang dianut saat ini.

Baca juga: Jumlah Serangga Menurun, Bunga Berevolusi Lakukan Penyerbukan Sendiri

Untuk mengetahui lebih jelas, ilmuwan dari Pusat Biologi Akademi Ilmu Pengetahuan Ceko(BC CAS) coba mencari tahun dengan menganalisis fosil kelompok serangga purba yang baru ditemukan.

Peneliti menemukan serangga purba itu di sebuah tambang di Lower Saxony, Jerman.

Dikutip dari Phys, Jumat (5/1/2024), kelompok serangga purba bernama Palaeodictyoptera ini berasal dari periode Karbon dan punah pada akhir Paleozoikum.

Dengan struktur tubuhnya, serangga ini bisa memberikan petunjuk baru untuk mengungkap misteri evolusi sayap.

Dalam fosil tersebut, ilmuwan menemukan beberapa adaptasi kehidupan serangga di lingkungan perairan. Terutama beberapa pasang tonjolan pipih di sisi perut yang mungkin berfungsi sebagai insang.

Baca juga: Seberapa Tinggi Serangga Bisa Terbang?

"Meskipun fosil jelas tidak mewakili nenek moyang serangga bersayap karena merupakan larva, tetapi kelompok ini telah memiliki sayap yang berfungsi penuh dan merupakan kelompok serangga yang relatif purba," kata Pavel Sroka dari Institute of Entomology BC CAS.

Hal ini pada akhirnya menurut peneliti mendukung kemungkinan bahwa lingkungan perairan memainkan peran penting dalam awal mula evolusi serangga bersayap.

"Bentuk pertama dari proyeksi pipih pada dada yang kemudian memunculkan sayap, bisa jadi muncul sebagai organ untuk bernapas yang secara fungsional mirip dengan apa yang kita lihat pada bantalan sayap pada fosil," tambah Sroka.

Studi dipublikasikan di jurnal Communications Biology.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com