Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanaman Lidah Mertua sebagai Agen Fitoremediasi Polutan Udara

Kompas.com - 01/01/2024, 12:00 WIB
BRIN,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Oleh: Hana Dipa Christine Saragih, Arina Yuthi Apriyana, Siti Zulaikha

PENCEMARAN udara merupakan akibat emisi dari aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya, baik dari sektor manufaktur maupun dari sektor transportasi.

Baca juga: Atasi Polusi Udara dengan Fitoremediasi yang Ramah Lingkungan

Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan peningkatan emisi polutan udara, yang akan menyebabkan peningkatan polutan dan akan berkorelasi dengan peningkatan jumlah orang yang menderita gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh polusi udara.

Infeksi saluran pernapasan bawah, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), tuberkulosis, dan kanker paru-paru termasuk dalam 10 penyebab kematian teratas di dunia (WHO, 2001). Polusi udara mempunyai dampak akut dan kronis terhadap kesehatan manusia, mempengaruhi sejumlah sistem organ yang berbeda.

Mulai dari iritasi saluran pernapasan atas (ISPA) ringan hingga penyakit jantung dan pernapasan kronis, hingga kanker paru-paru, termasuk infeksi saluran pernapasan akut pada anak-anak dan bronkitis kronis pada orang dewasa, hingga penyakit jantung dan paru-paru yang sudah ada, kondisi yang memburuk, atau serangan asma.

Selain itu, paparan jangka pendek dan jangka panjang berhubungan dengan kematian dini dan berkurangnya harapan hidup (Corbitt, 2004; Kampa and Castanas, 2008; Pfafflin and Ziegler, 2006).

Peningkatan konsumsi bahan bakar fosil selama satu abad terakhir bertanggung jawab atas perubahan komposisi atmosfer secara bertahap.

Polutan udara, seperti karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), senyawa organik yang mudah menguap (VOC), ozon (O3), logam berat, dan partikel yang terhirup (PM2,5 dan PM10), memiliki karakteristik komposisi kimia, reaktivitas, emisi, waktu peluruhan, dan kemampuan terurai dalam jarak jauh atau pendek yang berbeda-beda.

Baca juga: Bunga Tasbih Si Pembersih Polusi Udara Melalui Proses Fitoremediasi

Polusi udara di berbagai kota di Indonesia, terutama Jakarta, belakangan ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan. Konsentrasi polutan udara di Jakarta seringkali melebihi ambang batas yang ditentukan oleh WHO.

Rekomendasi ambang batas harian beberapa polutan udara yang diterbitkan oleh WHO antara lain mencakup 4 mg/m3 untuk CO, SO2 sebesar 40 µg/m3, 25 µg/m3 untuk NO2, PM2.5 sebesar 15 µg/m3, dan PM10 sebesar 15 µg/m3.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan kendaraan bermotor menyumbang 44 persen polusi udara, sektor industri energi 25,17 persen, perumahan 14 persen, manufaktur industri 10 persen, dan komersial 1 persen.

Pengendalian pencemaran udara meliputi pengurangan emisi pada sumbernya dan proses remediasi polutan. Salah satu upaya remediasi polutan udara yang relatif ekonomis, ramah lingkungan, dan efektif adalah melalui fitoremediasi.

Fitoremediasi melibatkan tumbuhan dan mikroba pada filosfer (bagian tanaman di atas tanah) dan rizosfer (bagian tanaman di bawah tanah, akar) yang bekerja sama untuk mengekstrak, menguapkan, menstabilisasi, mendegradasi, dan menyimpan polutan udara pada bagian tanaman.

Kemampuan tumbuhan dalam menyerap dan mengakumulasi bahan pencemar dipengaruhi oleh ciri morfologi daun, seperti: ukuran daun, bentuk dan tekstur (Starkman, 1969). Selain itu, serapan polutan di atmosfer terjadi pada daun yang kaya akan stomata (Gardner et al., 1991).

Baca juga: Efektifkah Tanaman Hias untuk Remediasi Polusi Udara?

Tanaman yang stomatanya banyak dan pertumbuhannya cepat merupakan tanaman penyerap polutan yang baik (Fakuara, 1996).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com