Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penderita Anemia Berkontribusi Tingkatkan Risiko Penyebaran DBD

Kompas.com - 04/12/2023, 08:00 WIB
Usi Sulastri,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dengue Fever (DBD) telah lama menjadi perhatian kesehatan masyarakat di berbagai belahan dunia.

Penyakit ini menyebabkan sekitar 60 juta kasus per tahun dengan 18 persen memerlukan rawat inap dan sekitar 13.600 kematian, dikutip dari Science Daily edisi (16/9/2019).

Baca juga: Mengapa Banyak Anak Mesir Kuno Menderita Anemia?

Selama ini, faktor-faktor yang meningkatkan risiko penyebaran DBD telah menjadi fokus utama dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir munculnya sebuah hubungan yang menarik perhatian para peneliti dan praktisi kesehatan yaitu korelasi antara penderita anemia dan peningkatan risiko penyebaran DBD.

Kadar zat besi rendah memudahkan infeksi DBD

Dilansir dari News Medical Life Sciences, Senin (27/11/2023), penelitian mengungkapkan jika seseorang mengalami anemia maka semakin besar kemungkinan untuk menyebarkan demam berdarah.

Hal tersebut dikarenakan nyamuk yang menghisap darah penderita anemia memiliki peluang lebih besar untuk tertular virus tersebut.

"Semakin banyak zat besi dalam darah, semakin sedikit nyamuk yang terinfeksi," kata ahli imunologi UConn Health, Penghua Wang.

Hal ini dilaporkan oleh penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Microbiology pada 2019.

Nyamuk yang menjadi vektor penyebar demam berdarah melakukan tindakan tersebut dengan mengisap darah dari pasien yang terinfeksi sehingga secara tidak sengaja mereka sendiri terinfeksi penyakit tersebut.

Setelah itu nyamuk tersebut dapat menularkan demam berdarah kepada individu yang sehat.

Baca juga: Bahaya Demam Berdarah Dengue di Musim Hujan, Apa Saja yang Perlu Diwaspadai?

Pembuktian melalui eksperimen

Para peneliti melakukan serangkaian eksperimen untuk membuktikan hal ini.

Mereka menambahkan virus Dengue ke sampel darah segar dari sukarelawan yang sehat, lalu membiarkan nyamuk mengisap sampel tersebut.

Setelah itu, mereka menguji persentase nyamuk yang terinfeksi dalam setiap kelompok.

Hasil eksperimen menunjukkan variasi yang mengejutkan dalam jumlah nyamuk yang terinfeksi per kelompok yang erat terkait dengan konsentrasi zat besi dalam sampel darah.

Pengujian ini kemudian diulang pada model tikus untuk memvalidasi temuan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com