Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Ungkap Efek Menyundul Bola bagi Kesehatan Otak

Kompas.com - 29/11/2023, 15:38 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Pemain sepak bola tidak hanya memiliki gerak kaki yang terampil, tetapi mereka juga menggunakan kepala untuk teknik tertentu.

Teknik yang disebut dengan sundulan ini dilakukan ketika seorang pemain dengan sengaja memukul bola dengan kepalanya.

Sundulan adalah manuver sepak bola yang penting. Pemain mungkin menyundul bola ke arah pemain lain, melintasi lapangan, atau ke gawang lawan.

Untuk menyundul bola, pemain perlu menguatkan otot lehernya. Mereka juga harus menggerakkan seluruh tubuhnya dalam satu gerakan cepat agar dapat memukul bola dengan benar.

Selama latihan, pemain sepak bola biasanya menyundul bola berulang kali dengan perlahan. Namun, dalam suasana kompetitif, mereka biasanya menyundul bola dengan lebih kencang.

Baca juga: Berapa Lama Waktu yang Dibutuhkan Otak untuk Menyadari Rasa Kenyang?

Menurut Michael L. Lipton, MD, peneliti dan profesor teknik biomedis di Universitas Columbia, ada kekhawatiran besar terkait teknik menyundul bola dengan potensi efek buruk pada otak secara umum, khusunya dalam jangka panjang.

Lipton mengatakan, sebagian besar kekhawatiran ini berkaitan dengan potensi perubahan di masa dewasa muda yang dapat menimbulkan risiko degenerasi saraf dan demensia di kemudian hari.

Apa kata peneliti?

Studi yang dilakukan Lipton dan rekan-rekannya fokus pada 148 pemain sepak bola amatir di usia dewasa muda, dengan usia rata-rata 27 tahun, dan termasuk 26% wanita. Para peserta ini aktif terlibat dalam pertandingan sepak bola.

Para peneliti mengajukan serangkaian pertanyaan kepada peserta tentang permainan individu, latihan, dan seberapa sering mereka menyundul bola (dan bagaimana caranya).

Para pemain sepak bola itu juga dinilai untuk pembelajaran verbal dan memori. Selain itu, mereka menjalani prosedur MRI yang disebut diffusion tensor imaging (DTI) yang mengkarakterisasi struktur mikro otak dengan mengukur bagaimana molekul air bergerak di otak. DTI dilakukan pada awal penelitian dan dua tahun kemudian.

Baca juga: Studi Sebut Menunda Alarm Bisa Tingkatkan Fungsi Otak

Hasilnya, pemain yang melakukan sundulan tingkat tinggi (lebih dari 1.500 kali dalam dua tahun) menunjukkan peningkatan difusivitas di wilayah materi putih frontal dibandingkan dengan baseline.

Mereka juga menunjukkan penurunan indeks dispersi orientasi, yang menunjukkan perubahan dalam organisasi otak. Perubahan ini serupa dengan yang diamati pada cedera otak traumatis ringan.

Temuan DTI juga menunjukkan adanya penurunan fungsi otak, khususnya pembelajaran verbal. Analisis ini disesuaikan dengan variabel termasuk usia, jenis kelamin, pendidikan, dan riwayat gegar otak.

Temuan-temuan ini muncul sebagai peringatan terhadap pandangan konvensional bahwa teknik sundulan adalah bagian yang tidak berbahaya dalam permainan sepak bola.

Sebaliknya, penelitian ini menunjukkan adanya risiko yang signifikan, terutama dalam hal kesehatan otak dan fungsi kognitif jangka panjang.

Baca juga: Ilmuwan Bikin Peta Otak Manusia Paling Detail, untuk Apa?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com