Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Ilmuwan Inovator Vaksin mRNA Dianugerahi Nobel Kedokteran 2023

Kompas.com - 06/10/2023, 15:32 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Katalin Karikó dan Drew Weissman, dua ilmuwan yang karyanya membantu membuka jalan bagi vaksin mRNA untuk mengatasi pandemi COVID-19, dianugerahi Hadiah Nobel bidang kedokteran tahun 2023, yang diberikan oleh Nobel Assembly, Karolinska Institute, Swedia.

Karikó adalah ahli biokimia dari Universitas Sagan, Hongaria, dan asisten profesor di Universitas Pennsylvania.

Karikó juga menjabat sebagai wakil presiden senior dan kepala penggantian protein RNA di BioNTech hingga tahun 2022 dan telah menjadi penasihat perusahaan.

Sementara itu, Weissman adalah peneliti vaksin di Fakultas Kedokteran Perelman, Universitas Pennsylvania, dan Direktur Penn Institute for RNA Innovations.

Inovasi Karikó dan Weissman, secara mendasar, telah mengubah pemahaman para ahli tentang cara mRNA berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh manusia.

Baca juga: Bahas Perubahan Iklim Bumi, 3 Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika 2021

Mereka pun dianggap telah berkontribusi pada tingkat pengembangan vaksin yang belum pernah terjadi sebelumnya di tengah ancaman besar terhadap kesehatan manusia di zaman modern.

Awal mula perkembangan teknologi mRNA

Sebelumnya, pertumbuhan virus atau potongan virus diperlukan untuk membuat vaksin. Virus sering kali dibudidayakan di dalam sel berukuran besar. Virus-virus tersebut kemudian dimurnikan sebelum dibuat menjadi vaksin.

Penggunaan messenger RNA (mRNA) dalam vaksin sangatlah berbeda. Ini dimulai dengan cuplikan kode genetik yang membawa instruksi untuk membuat protein.

Jika protein virus yang tepat dipilih untuk vaksin, maka tubuh akan memproduksi pertahanannya sendiri terhadap virus.

Informasi genetik yang dikodekan dalam DNA ditransfer ke mRNA, yang digunakan sebagai rencana program produksi protein dalam sel manusia.

Baca juga: 3 Misteri Alam Semesta Berpotensi dapat Nobel Prize, Jika Terpecahkan

Selama tahun 1980an, metode efisien untuk memproduksi mRNA tanpa kultur sel dimulai. Proses ini, yang disebut transkripsi in vitro, mempercepat pengembangan aplikasi biologi molekuler di beberapa bidang, namun penggunaan teknologi mRNA untuk vaksin masih menghadapi beberapa hambatan.

mRNA yang ditranskripsi secara in vitro dianggap tidak stabil dan sulit untuk dihasilkan karena mengharuskan para ilmuwan untuk mengembangkan sistem lipid pembawa yang canggih untuk membungkus mRNA dan menghasilkan beberapa reaksi inflamasi awal.

Karikó mengabdikan diri pada gagasan penggunaan mRNA untuk vaksin dan terapi lainnya selama tahun 1990-an ketika ia menjadi rekan kerja Weissman.

Sementara itu, Weissman tertarik pada sel dendritik, yang penting untuk pengawasan kekebalan dan memicu respons imun yang dipicu oleh vaksin.

Terobosan Karikó dan Weissman

Karikó dan Weissman mulai fokus pada cara tipe RNA yang berbeda berinteraksi dengan sistem kekebalan serta memperhatikan bahwa sel dendritik mengenali mRNA yang ditranskripsi secara in vitro sebagai zat asing.

Baca juga: 2 Perempuan di Balik Penemuan Gunting Genom Pemenang Nobel Kimia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com