Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Cuaca Panas Sebabkan Orang Jadi Lebih Agresif?

Kompas.com - 06/10/2023, 11:01 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Selama puluhan tahun, penelitian telah menunjukkan bahwa cuaca panas ekstrem memiliki kaitan dengan tindak kekerasan.

Meskipun terdapat temuan yang konsisten, masih ada kontroversi mengenai penyebab panas dan kekerasan bisa terjadi bersamaan.

Lantas, apakah panas yang mengakibatkan serangkaian masalah, misalnya gagal panen, dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih agresif? Atau apakah panas memengaruhi pengambilan keputusan manusia secara langsung?

Penelitian tentang panas dan sikap seseorang

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa suhu panas mungkin membuat beberapa orang menjadi lebih agresif, tetapi hanya jika orang tersebut sudah merasa dalam kondisi yang tidak diuntungkan.

Namun, dalam banyak kasus, cuaca panas tidak secara langsung memengaruhi pengambilan keputusan seseorang.

Baca juga: 8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Robert Pickmans, mahasiswa doktoral di Universitas California, Berkeley, sekaligus salah satu peneliti, mengatakan bahwa analisis terkait panas dan perilaku seseorang penting dilakukan, mengingat perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia.

Temuan tersebut telah dirilis oleh National Bureau of Economic Research. Sebelumnya, banyak penelitian mengenai efek psikologis panas dilakukan dengan menggunakan ukuran sampel yang kecil dan terbatas.

Dalam penelitian baru ini, tim peneliti merekrut sekitar 900 peserta dari Berkeley, California, dan 1.000 peserta dari Nairobi, Kenya.

Para sukarelawan dibawa ke ruangan bersuhu 22 derajat Celsius dan ruangan bersuhu 30 derajat Celcius untuk menjalani serangkaian tes pengambilan keputusan dan kognitif standar. Para peneliti kemudian membandingkan kinerja individu di ruangan sejuk dan panas.

Temuan pertama adalah, secara umum, tidak terdapat banyak perbedaan. Orang-orang di ruangan yang panas mengeluh merasa lebih mengantuk, tetapi kemampuan mengambil keputusan mereka tidak menurun.

Baca juga: Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Namun, ada hasil yang menarik dalam satu tes. Dalam tes ini, peserta mendapat kesempatan untuk menghilangkan sebagian tabungan peserta lain.

Tidak ada manfaat atau risiko besar dalam melakukan hal tersebut. Peserta tidak mendapatkan imbalan uang, tetapi peserta lain juga tidak akan tahu berapa banyak yang dihilangkan orang tersebut. Jadi, tes ini merupakan ukuran standar agresi.

Panas tidak memengaruhi peserta di Berkeley saat mengerjakan tes ini, namun di Nairobi, peserta di ruangan yang lebih panas bersikap lebih keras.

Setelah diselidiki lebih lanjut, para peneliti menemukan bahwa dampak ini disebabkan oleh partisipan yang merupakan anggota kelompok etnis yang terpinggirkan dalam pemilu sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari mereka di Kenya pada saat itu.

Pickmans mengatakan, temuan ini cukup menarik, terutama mengingat literatur iklim yang mendokumentasikan hubungan antara suhu dan kekerasan politik.

Baca juga: NASA Konfirmasi Musim Panas 2023 Jadi yang Terpanas Sepanjang Sejarah

Namun, Pickmans memperingatkan bahwa hasil penelitian ini harus dianggap sebagai eksplorasi karena para peneliti tidak melakukan penelitian dengan tujuan untuk melihat perbedaan antar kelompok etnis.

Menurut Pickmans, studi ini masih terbuka untuk penelitian lebih lanjut. Ia dan rekan-rekannya telah melakukan penelitian lanjutan di Berkeley dengan meminta peserta studi berada di ruangan bersuhu 30 derajat Celcius selama dua jam.

Sejauh ini, peneliti tidak melihat adanya penurunan kemampuan yang signifikan, meskipun peserta memang menunjukkan beberapa penurunan dalam hal penalaran tertentu dan dalam mengesampingkan dorongan hati mereka.

Temuan ini menunjukkan bahwa para peneliti yang mencoba memprediksi dampak perubahan iklim harus fokus pada pengaruh iklim terhadap ketersediaan sumber daya, bukan pada panas yang memengaruhi perilaku masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com