Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evolusi Tubuh Manusia, Ini Fungsi Bahu dan Siku di Masa Lalu

Kompas.com - 09/09/2023, 10:30 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Sebuah penelitian tentang evolusi tubuh manusia menunjukkan, bahu yang dapat berputar dan siku yang panjang sebelumnya berfungsi sebagai sistem pengereman alami pada nenek moyang manusia.

Evolusi pada tubuh manusia ini menurut peneliti karena nenek moyang kita memerlukan gerakan untuk memperlambat mereka ketika turun dari pohon, sehingga tidak terluka.

Salah satu teori mengemukan nenek moyang manusia dulunya merupakan kera yang tinggal di pepohonan namun kemudian karena beberapa hal mereka meninggalkannya dan mulai menuju sabana berumput.

Anggota tubuh mereka yang serbaguna sangat penting untuk mengumpulkan makanan dan menggunakan peralatan untuk berburu dan bertahan.

Baca juga: Evolusi T-rex, Miliki Mata Super Kecil agar Punya Gigitan Kuat

Studi evolusi tubuh manusia

Dikutip dari Indenpendent, Kamis (7/9/2023) hasil studi ini disimpulkan setelah peneliti dari Dartmouth College di Amerika Serikat menggunakan analisis olahraga dan perangkat lunak statistik untuk membandingkan video dan gambar diam dari simpanse dan monyet kecil yang memanjat di alam liar.

Peneliti menemukan, hewan-hewan tersebut memanjat pohon dengan cara yang sama, dengan bahu dan siku sebagian besar ditekuk dekat dengan tubuh.

Namun ketika turun, simpanse menjulurkan tangannya ke atas kepala untuk berpeganggan pada dahan seperti orang yang sedang menuruni tangga.

Pengamatan ini ternyata sangat penting untuk mengetahui perbedaan anatomi pada kera dan monyet yang akhirnya diturunkan pada manusia.

Luke Fannin, penulis pertama studi dan seorang mahasiswa pascasarjana di program Ekologi, Evolusi, Lingkungan dan Masyarakat Dartmouth, mengatakan bahwa temuan ini merupakan temuan pertama yang mengidentifikasi pentingnya “proses turun” dalam evolusi kera dan manusia purba.

"Proses turun saat pendakian merupakan tantangan fisik yang sangat besar mengingat ukuran kera dan manusia purba karena adanya risiko terjatuh," papar Fannin.

Baca juga: Evolusi Tubuh Manusia, Otak Bertumbuh Gara-gara Punahnya Hewan Besar

 

Risiko terjatuh

Kera pertama berevolusi 20 juta tahun yang lalu di hutan, di mana mereka memanjat pohon untuk mendapatkan makanan, lalu kembali turun untuk berpindah ke pohon berikutnya.

"Turun dari pohon menghadirkaan segala macam tantangan baru. Kera besar tidak boleh terjatuh karena dapat terluka atau bahkan mati," terang Jeremy DeSilva, rekan penulis studi.

Ini yang kemudian membuat anatomi tubuh manusia berevolusi sehingga memungkinkan mereka turun dengan aman.

Peneliti berpendapat bahwa bahu dan siku fleksibel yang diturunkan dari nenek moyang kera memungkinkan manusia purba seperti Australopithecus memanjat pohon di malam hari dan turun di siang hari tanpa cedera.

Ketika Homo erectus dapat menggunakan api untuk melindungi diri dari predator malam hari, bentuk bahu manusia kemudian menjadi lebih lebar sehingga mampu menghasilkan sudut 90 derajat yang membuat mereka dapat menembak atau melempat tombak dengan sangat baik.

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Royal Society Open Science.

Baca juga: Evolusi Tulang Penis Hewan, Dari Durasi Seks Hingga Ambil Sperma

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com