KOMPAS.com - Toxic relationship adalah hubungan yang membuat seseorang merasa tidak mendapat dukungan, disalahpahami, direndahkan, atau diserang.
Suatu hubungan menjadi toxic ketika kesejahteraan kita terancam, baik secara emosional, psikologis, dan bahkan fisik.
Dilansir dari Verywell Mind, pada dasarnya, hubungan apa pun yang membuat kita merasa lebih buruk bisa menjadi toxic seiring waktu.
Toxic relationship bisa ada di hampir semua konteks, mulai dari pertemanan, hubungan romantis, bahkan hubungan dengan keluarga.
Baca juga: 5 Tanda Orang yang Toxic, Salah Satunya Sulit Minta Maaf
Dilansir dari PsychCentral, berikut adalah 5 perilaku toxic dalam hubungan yang tidak boleh ditoleransi.
Janika Veasley, terapis pernikahan dan keluarga di Yardley, Pennsylvania, mengatakan bahwa gaslighting adalah saat orang lain membuat kita mempertanyakan kewarasan, pengalaman, dan realitas diri kita sendiri.
Menurut Veasley, gaslighting merupakan salah satu bentuk manipulasi emosional yang paling umum dan perilaku toxic yang tidak boleh toleransi.
Penghinaan adalah perilaku toxic yang bisa datang dalam bentuk kritik keras atau lelucon sarkastik yang merugikan kita.
Baca juga: Toxic Relationship Kasus Johnny Deep dan Amber Heard, Ini Bentuk dan Penyebabnya
Beberapa pasangan mungkin menikmati olok-olok lucu satu sama lain, namun perilaku yang menyakitkan atau membuat tidak nyaman mungkin lebih dari sekadar lelucon.
Seringkali, ketika seseorang diisolasi oleh pasangannya, ia tidak sadar sampai ia merasa terputus dari teman, keluarga, dan sistem pendukung
Orang yang toxic selalu punya alasan untuk melewatkan acara sosial. Mungkin mereka mengeluhkan tentang pengaruh buruk teman atau betapa tidak nyamannya mereka di sekitar keluarga kita.
Stonewalling berarti menolak untuk berkomunikasi. Terkadang, stonewalling juga disebut sebagai silent treatment.
Baca juga: Poliamori, Jenis Hubungan Terbuka dengan Lebih dari Satu Orang
Beberapa pasangan mungkin memiliki tantangan dalam mengungkapkan emosi, terutama jika mereka sedang kesal.
Namun, dengan sengaja mengabaikan atau melepaskan diri dari masalah bisa menjadi bentuk hubungan yang toxic.
Orang yang toxic kerap melimpahkan kesalahannya pada orang lain, alih-alih mengambil tanggung jawab.